Studi: Orang Positif Covid-19 Belum Tentu Kembangkan Respon Antibodi

Selasa, 16 Juni 2020 | 14:24 WIB
Studi: Orang Positif Covid-19 Belum Tentu Kembangkan Respon Antibodi
Tes virus corona di Jakarta (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak semua orang yang dites positif virus corona Covid-19 akan mengembangkan rekasi antibodi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa efektif tes antibodi itu sendiri.

Dilansir dari Independent, para peneliti yang dipimpin oleh St George dari Universitas London dan Rumah Sakit Universitas St George's NHS Foundation menemukan bahwa mayoritas orang memiliki antibodi dalam darah mereka hingga dua bulan setelah diagnosis Covid-19.

Tetapi antara 2 hingga 8,5 persen dari 177 pasien yang semuanya dinyatakan positif covid-19 tidak mengembangkan respon antibodi.

Pada bulan Maret, Boris Johnson memuji pengujian antibodi sebagai pengubah permainan dan beberapa tes telah disetujui untuk digunakan di Inggris. Banyak juga yang berharap bahwa mereka yang sudah sembuh Covid-19 mungkin kebal terhadap infeksi lebih lanjut.

Baca Juga: Jangan Panik, Ini 5 Obat Sakit Perut yang Mudah Ditemukan di Dapur

"Sejumlah tertentu mungkin tidak benar-benar menunjukkan bahwa mereka memiliki infeksi," kata Profesor Sanjeev Krishna, salah satu peneliti utama.

Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus corona dan terus dilakukan diproduksi setelah pemulihan. Oleh karena itu, tes antibodi dapat menunjukkan apakah seseorang telah terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Program pengujian antibodi diperkenalkan untuk NHS dan staf perawatan akhir bulan Mei, namun Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial memperjelas keakuratan tes tersebut masih terbatas.

"Tes terbatas untuk menyediakan data dan pemahaman yang lebih besar tentang penyebaran virus," kata pihak Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial.

Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]
Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]

Penelitian dari St George yang dilakukan bersama dengan Sekolah Kedokteran Tropis Liverpool, Mologic Ltd, dan Institut Pasteur de Dakar Senegal menemukan bahwa mereka yang berisiko lebih tinggi mungkin lebih menunjukkan respons antibodi.

Baca Juga: Ilmuwan Sebut Memahami Antibodi untuk Virus Corona Masih Membingungkan

Orang berisiko tinggi termasuk minoritas, pasien yang lebih tua, mereka yang kelebihan berat badan, dan orang dengan kondisi kesehatan mendasar. Profesor Krishna mengatakan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI