Waspada, Nyeri Leher Bisa Jadi Gejala Virus Corona Covid-19

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 15 Juni 2020 | 19:50 WIB
Waspada, Nyeri Leher Bisa Jadi Gejala Virus Corona Covid-19
Ilustrasi Nyeri Leher Bisa Jadi Gejala Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kian hari gejala dari seorang yang terinfeksi mengalami virus corona terus bertambah.

NHS (The National Health Service) mencatat gejala itu antara lain batuk terus menerus, suhu tinggi dan hilangnya indera perasa dan penciuman.

Bahkan, daftar gejala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih luas, termasuk kelelahan, sakit dan nyeri, sakit tenggorokan, diare, konjungtivitis, sakit kepala, dan ruam pada kulit.

Dilansir dari Express UK, pada Mei lalu, para dokter mengungkapkan coronavirus dapat menyebabkan komplikasi langka yang dikenal sebagai tiroiditis subakut.

Baca Juga: Pernah Alami Rambut Rontok? Hati-Hati Risiko Gejala Virus Corona yang Parah

Ilustrasi nyeri leher dan pinggang. (Shutterstock)
Ilustrasi Nyeri Leher Bisa Jadi Gejala Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Tiroiditis subakut adalah penyakit radang akut tiroid yang biasanya disebabkan oleh virus.

Para dokter memperingatkan gejala setelah merawat seorang wanita untuk kondisi tersebut.

Dr Francesco Latrofa, yang merawat wanita itu, mengatakan: "Dokter harus waspada tentang kemungkinan manifestasi klinis tambahan ini terkait dengan Covid-19."

Wanita yang tidak disebutkan namanya itu sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 dan sepenuhnya pulih dari virus.

Tetapi setelah kesembuhannya, ia mulai mengalami sakit leher dan tiroid, serta demam dan takikardia atau suatu kondisi yang membuat jantung berdetak lebih dari 100 kali per menit.

Baca Juga: Ada Penyebaran Tanpa Gejala dan Pra-Gejala pada Virus Corona, Apa Bedanya?

Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter mendiagnosisnya dengan tiroiditis subakut.

“Karena hubungan kronologis, SARS-CoV-2 dapat dianggap bertanggung jawab atas timbulnya tiroiditis subakut," ungkap dr Latrofa.

Tiroiditis subakut paling sering terlihat pada wanita berusia 20 hingga 50 tahun.

NHS menjelaskan ini biasanya menyebabkan demam dan nyeri di leher, rahang atau telinga.

Kelenjar tiroid juga dapat melepaskan terlalu banyak hormon tiroid ke dalam darah (tirotoksikosis), yang mengarah ke gejala kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme), seperti kecemasan, insomnia dan jantung berdebar-debar.

“Gejala-gejala ini sembuh setelah beberapa hari. Gejala kelenjar tiroid yang kurang aktif sering mengikuti, berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan, sebelum kelenjar pulih sepenuhnya.

"Namun, jika gejalanya terus parah, pembengkakan tiroid adalah satu sisi (unilateral), dan Anda terus mengalami demam dan merasa tidak sehat, maka Anda mungkin menderita tiroiditis infeksius."

Kondisi ini biasanya diobati dengan penghambat beta atau obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas seperti aspirin.

Kadang-kadang, obat pengganti hormon tiroid jangka panjang mungkin diperlukan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI