Suara.com - Ibu hamil yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi berisiko mengalami penyakit preeklampsia.
Gangguan kehamilan itu sebaiknya jangan dianggap remeh karena bisa menyebabkan kematian pada ibu hamil dan bayinya.
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan rumah sakit Eka Cibubur Dr. Alexander Mukti, Sp. OG menyampaikan bahwa lima sampai sepuluh persen ibu hamil di dunia mengalami preeklampsia.
"Sampai saat ini penyebab kematiannya mencapai 14 persen di seluruh dunia. Sekitar 70 ribu sampai 80 ribu ibu hamil meninggal per tahun akibat preeklampsia," kata Eka dalam webinar bersama media, Senin (15/6/2020).
Baca Juga: New Normal, Margasatwa Ragunan Larang Ibu Hamil Hingga Lansia Berkunjung
Sementara angka kematian bayi akibat preeklampsia justru lebih besar, yaitu 500 ribu per tahun.
"Karena biasanya bayi lahir prematur. Otomatis dia tidak bisa bertahan di luar dunia karena memang organnya belum lengkap," tambah Eka.
Menurut Eka, preeklampsia menjadi penyebab kematian ibu hamil dan bayi ketiga setelah faktor penyakit penyerta si ibu dan pendarahan.
Preeklampsia akan muncul ketika usia kehamilan di atas lima bulan juga tiga bulan pasca melahirkan.
Eka menjelaskan, salah satu gejala yang bisa ditimbulkan adalah tensi darah ibu naik hingga 140/90 mmHg dan terdapat kandungan protein pada urin ibu.
Baca Juga: Ini Daftar Skincare yang Aman dan Tidak Aman untuk Ibu Hamil
"Yang paling ditakuti kalau ada gejala pada ibu dan bayi, terutama ibunya, semua organ tubuh bisa kena. Hati, ginjal, bisa juga ke paru-paru. Terhadap efek janin bisa menyebabkan perkembangan janin terhambat," katanya.
Gejala fisik lain yang bisa diderita ibu, lanjut Eka, timbul rasa nyeri kepala dibagian depan.
Hal itu biasanya telah terjadi perburukan preeklampsia. Juga penglihatan kabur, nyeri di ulu hati yang serupa dengan gejala sakit magh.
"Ada sebagian orang mengalami mual, muntah. Juga bisa menyerang paru-paru jadi sesak napas. Jadi kalau hamil sesak napas coba cek dulu siapa tahu tensi tinggi," ucap Eka.
Gejala lainnya juga jumlah kencingnya yang berkurang. hingga yang paling parah mengalami komplikasi dan kejang.
"Gak ada pilihan kita harus keluarkan bayi secepat mungkin jika sudah eklampsia," kata Eka.