Benarkah Tak Boleh Bilang 'Jangan' Pada Anak? Psikolog Ungkap Jawabannya

Senin, 15 Juni 2020 | 17:15 WIB
Benarkah Tak Boleh Bilang 'Jangan' Pada Anak? Psikolog Ungkap Jawabannya
Ilustrasi anak-anak sedang bermain dan berksplorasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orangtua seringkali melarang anak dengan melontarkan kata 'Jangan'.

Padahal, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Terutama saat masih berusia batita (1-3 tahun) dan pra sekolah (3-6 tahun).

Saat fase itu, anak akan banyak melakukan eksplorasi dan bertanya mengenai segala yang belum diketahuinya.

Psikolog Klinis Dra. Ratih Ibrahim, M.M mengatakan bahwa pada usia batita dan pra sekolah, perkembangan psikososial anak mulai berkembang.

Baca Juga: Si Kecil Jarang Tidur Siang, Apa Dampaknya Bagi Tumbuh Kembang Anak?

Ilustrasi anak tumbuh kembang dan eksplorasi. 

"Usia 1 sampai 3 tahun ada tahapan autonomi versus doubt. Anak mulai mengembangkan kemandiriannya, mulai berekspresi," kata Ratih dalam Webinar bersama Nestle Dancow, Senin (15/6/2020).

Peran orangtua, menurut Ratih, harus memberikan ruang untuk anak berekplorasi.

Ia menyarankan jangan terlalu banyak melarang anak melakukan apa pun terlalu sering mengatakan 'jangan' kepadanya.

Sebab hal itu bisa berdampak pada pertumbuhan anak dan membuatnya jadi pemalu dan ragu-ragu dalam melakukan hal baru.

Ratih mengatakan, sebaiknya penggunaan 'jangan' hanya diucapkan untuk hal yang benar-benar bisa membahayakan anak.

Baca Juga: Bantu Tumbuh Kembang Anak dengan 3 Cara Jitu dari Ahli Nutrisi

"Misalnya, usia 1 sampa 3 tahun senang banget dengan colokan listrik. Nanti tangannya dimasukin atau alat tulis, kita bisa bilang 'itu bahaya, jangan'. Itu boleh. Atau supaya tidak terlalu mengatakan kata 'jangan' kita bisa langsung pegang tangannya dan bilang itu bahaya," papar Ratih.

Usia batita memang membutuhkan banyak eksplorasi seluas mungkin terhadap lingkungan sekitarnya.

Karenanya, orangtua perlu menciptakan ruang lingkup aman dan tetap dampingi dengan anak, kata Ratih.

Nantinya saat telah melewati fase batita dan masuk tahap pra sekolah, anak akan belajar tentang inisiatif dan mengembangkan ambisi juga rasa tanggungjawab.

Dalam tahap ini pula orangtua diingatkan jangan terlalu berlebihan dalam memberikan pengajaran kepada anak.

"Kalau orangtua terlalu menuntut banyak bisa membuat anak dihinggapi rasa bersalah yang berlebihan," ujar Ratih.

Menurutnya, pendampingan anak dengan memberikan perasaan kasih yang lembut justri akan menimbulkan rasa aman dan membangun bonding.

Selain itu, menjadi dasar bagi anak bukan hanya mandiri dan percaya diri tapi membangun hubungan komunikasi yang baik saat dewasa nanti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI