Waspada, Orang dengan 4 Kriteria ini Berisiko Alami Hepatitis C

Senin, 15 Juni 2020 | 16:21 WIB
Waspada, Orang dengan 4 Kriteria ini Berisiko Alami Hepatitis C
Ilustrasi hepatitis. (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Ilustrasi jarum suntik. (Shutterstocks)
Ilustrasi jarum suntik. (Shutterstocks)

Transfusi dan Penerima Transplantasi

Orang dengan hemofilia tidak memiliki cukup zat tertentu yang memungkinkan darahnya membeku secara normal, sehingga meningkatkan risiko mereka mengalami perdarahan besar. Akibatnya, mereka membutuhkan terapi penggantian faktor pembekuan darah untuk mencegah mereka dari perdarahan atau bahkan mengobati perdarahan setelah dimulai.

Orang yang menerima terapi sebelum 1987 berisiko lebih tinggi terhadap infeksi HCV karena metode pengembangan konsentrat faktor pembekuan yang lebih baik dan lebih aman belum dikembangkan.

Demikian pula, metode pengujian donor darah yang lebih maju dilaksanakan pada tahun 1992 dan persediaan darah lebih hati-hati disaring sejak saat itu. Itu berarti bahwa orang yang menerima transfusi darah atau transplantasi organ padat sebelum tahun 1992 juga berisiko lebih tinggi.

Baca Juga: Aksi Pencurian Terekam CCTV, Maling Malah Cengar-cengir Hadap Kamera

Orang dengan HIV

Orang dengan HIV yang tidak tahu status HCV harus dites. HIV dan HCV sering ditularkan dengan cara yang sama, yakni melalui paparan darah atau kontak seksual. Faktanya, sekitar seperempat ODHA juga menderita hepatitis C. Infeksi HIV tiga kali lipat lebih berisiko mengembangkan penyakit hati serius akibat HCV.

Selain empat kriteria tersebut, orang lain dengan risiko tinggi terkena hepatitis C termasuk orang yang menerima perawatan dialisis untuk jangka waktu yang lama, anak-anak yang lahir dari ibu dengan HCV, seks dengan orang terinfeksi, dan lain sebagainya.

Infeksi hepatitis C sendiri dimulai dengan fase akut yang sering tanpa gejala-gejala dapat muncul beberapa bulan setelah terpapar virus. Beberapa orang secara spontan membersihkan virus dari tubuh mereka setelah infeksi akut, sementara yang lain sembuh dengan bantuan obat antivirus.

Tetapi kebanyakan orang terus mengembangkan infeksi kronis. CDC melaporkan infeksi menjadi kronis pada 75-85% kasus hep C.

Baca Juga: Pakai Sabu, Jerry Lawalata Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara

Sementera itu, infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang yang serius pada hati, termasuk jaringan parut hati dan bahkan gagal hati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI