Gangguan Pernapasan Saat Tidur, Adakah Kaitannya dengan Perubahan Otak?

Sabtu, 13 Juni 2020 | 19:00 WIB
Gangguan Pernapasan Saat Tidur, Adakah Kaitannya dengan Perubahan Otak?
Ilustrasi orang tidur (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gangguan pernapasan saat tidur (SDB) telah dikaitkan dengan perubahan di otak, termasuk pengendapan amiloid di daerah otak yang biasanya menyebabkan penyakit Alzheimer.

Claire Andre, dari Universite de Caen di Perancis menggunakan data dari 127 orang dewasa yang usianya rata-rata 69 tahun dan 63 persennya wanita untuk berpartisipasi dalam uji klinis.

Analisis ini termasuk peserta menjalani penilaian neuropsikologis, polismnografi, pencitraan resonansi magnetik, florbetapir dan fluorodeoxyglucose positron emission tomography.

Para peneliti berusaha mencari tahu gangguan pernapasaan saat tidur berkaitan dengan perubahan dan deposisi amiloid, volume materi abu-abu pada otak, perfusi dan metabolisme glukosa.

Baca Juga: 6 Bayi Terinfeksi Virus Corona setelah Lahir, Ini Hasil Penelitiannya!

Para peneliti menemukan bahwa orang dengan gangguan pernapasan saat tidur menunjukkan beban amiloid yang lebih besar, volume materi abu-abu, perfusi dan metabolisme yang tumpang tindih, terutama terjadi pada korteks cingulate posterior dan precuneus.

ilustrasi tidur (shutterstock)
ilustrasi tidur (shutterstock)

Tapi dilansir oleh Medical Express, peneliti tidak menemukan adanya hubungan antara perubahan otak dan kognitif dengan gangguan pernapasan saat tidur.

Perubahan kognitif dan gangguan tidur dilaporkan sebagai masalah tersendiri yang berhubungan dengan rasa kantuk berlebihan di siang hari.

"Perubahan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan saat tidur termasuk deposisi amiloid di daerah otak yang biasanya terlibat dalam penyakit Alzheimer," kata peneliti.

Kondisi itu yang mungkin menyebabkan seseorang mengalami gangguan pernapasan saat tidur. Pada akhirnya, kondisi ini juga dikaitkan dengan peningkatkan risiko sindrom klinis Alzheimer pada usia yang lebih muda.

Baca Juga: Dokter Italia Sebut Virus Corona akan Melemah, Begini Tanggapan WHO!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI