Studi Baru Temukan Efek Ketamine untuk Obati Orang Depresi

Jum'at, 12 Juni 2020 | 20:28 WIB
Studi Baru Temukan Efek Ketamine untuk Obati Orang Depresi
Ilustrasi Remaja Depresi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi telah mengidentifikasi cara kerja ketamine dalam memerangi depresi yang sulit diobati. Penelitian itu mengungkapkan bahwa ada bagian tertentu di otak yang bisa memengaruhi ketamine pada orang depresi.

Studi dalam jurnal Translational Psychiatry ini pun diharapkan bisa membuka jalan lain ke terapi baru dalam pengobatan depresi.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dilansir dari Healthline, sekitar 7,6 persen orang Amerika Serikat di atas usia 12 tahun mengalami depresi selama periode 2 minggu.

Dalam penelitian ini, CDC menggambarkan depresi berasal dari perasaan sedih jangka panjang yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup normal.

Baca Juga: Waspada Infeksi Virus Corona Covid-19, Cek Warna Urine!

Saat kondisinya parah, depresi bisa memiliki efek negatif pada kehidupan seseorang. Bahkan seseorang yang depresi bisa berpikir untuk bunuh diri.

Ilustrasi kesehatan jiwa, kesehatan mental (Shutterstock)
Ilustrasi kesehatan jiwa, kesehatan mental (Shutterstock)

Para ahli pun belum memehami sepenuhnya penyebab seseorang bisa mengalami depresi. Tapi, National Institute of Mental Health berpendapat kondisi ini bisa dipengaruhi faktor genetik, lingkungan, biologis dan psikologis.

Penelitian sebelumnya telah memperjelas bahwa ketamine bisa digunakan sebagai obat antidepresan yang efektif mengatasi depresi.

Bahkan beberapa ilmuwan telah mengusulkannya sebagai pengobatan dalam kasus depresi yang tidak dibantu perawatan konvensional.

Namun, cara kerja ketamine sebagai pengganti antidepresan masih kurang jelas. Karena itu, peneliti mencari tahu dengan memberi sukarelawan dosis ketamine yang cukup rendah.

Baca Juga: Ahli Paparkan Proses Penularan Virus Corona Covid-19 di Pesawat

Karena, dosis yang rendah tidak menyebab efek anestesi dan peneliti bisa mengambil gambar otak para sukarelawan menggunakan kamera positron emission tomography (PET).

"Lewat studi PET terbesar ini, kami ingin melihat efek dan cara kerja ketamine melalui reseptor serotonin 1B," kata Dr. Mikael Tiger, seorang peneliti di Departemen Neuroscience Klinis di Karolinska Institutet di Solna, Swedia.

Ilustrasi depresi
Ilustrasi depresi (shutterstock)

Kemudian, para peneliti juga mencoba membagi peserta menjadi dua kelompok, merawat 20 orang dengan ketamine dan 10 lainnya dengan plasebo.

Sebelum perawatan, para peneliti mengambil scan awal otak peserta. Mereka melakukan pemindaian kedua pada hari-hari setelah perawatan.

Pada fase kedua ini 29 peserta sepakat untuk mengonsumsi ketamine dua kali seminggu selama 2 minggu. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa 70 persen dari peserta menerima efek positif dari ketamin pada fase kedua.

Setelah menganalisis PET, penulis menemukan bahwa ketamine memengaruhi otak partisipan dengan cara mengurangi output serotonin dan meningkatkan output dopamin, yang bertugas meningkatkan suasana hati seseorang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI