Suara.com - Sebuah studi telah mengidentifikasi cara kerja ketamine dalam memerangi depresi yang sulit diobati. Penelitian itu mengungkapkan bahwa ada bagian tertentu di otak yang bisa memengaruhi ketamine pada orang depresi.
Studi dalam jurnal Translational Psychiatry ini pun diharapkan bisa membuka jalan lain ke terapi baru dalam pengobatan depresi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dilansir dari Healthline, sekitar 7,6 persen orang Amerika Serikat di atas usia 12 tahun mengalami depresi selama periode 2 minggu.
Dalam penelitian ini, CDC menggambarkan depresi berasal dari perasaan sedih jangka panjang yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup normal.
Baca Juga: Waspada Infeksi Virus Corona Covid-19, Cek Warna Urine!
Saat kondisinya parah, depresi bisa memiliki efek negatif pada kehidupan seseorang. Bahkan seseorang yang depresi bisa berpikir untuk bunuh diri.
Para ahli pun belum memehami sepenuhnya penyebab seseorang bisa mengalami depresi. Tapi, National Institute of Mental Health berpendapat kondisi ini bisa dipengaruhi faktor genetik, lingkungan, biologis dan psikologis.
Penelitian sebelumnya telah memperjelas bahwa ketamine bisa digunakan sebagai obat antidepresan yang efektif mengatasi depresi.
Bahkan beberapa ilmuwan telah mengusulkannya sebagai pengobatan dalam kasus depresi yang tidak dibantu perawatan konvensional.
Namun, cara kerja ketamine sebagai pengganti antidepresan masih kurang jelas. Karena itu, peneliti mencari tahu dengan memberi sukarelawan dosis ketamine yang cukup rendah.
Baca Juga: Ahli Paparkan Proses Penularan Virus Corona Covid-19 di Pesawat
Karena, dosis yang rendah tidak menyebab efek anestesi dan peneliti bisa mengambil gambar otak para sukarelawan menggunakan kamera positron emission tomography (PET).