Suara.com - Serotonin, bahan kimia yang dikenal perannya dalam menghasilkan perasaan senang dan kebahagiaan di otak dapat mengurangi kemampuan beberapa patogen usus untuk menyebabkan infeksi mematikan. Hal tersebut dilaporkan dalam penelitian baru oleh para ilmuwan UT Southwestern (UTSW).
Dilansir dari Medical Xpress, temuan ini diterbitkan secara online pada Selasa (9/6/2020) di Cell Host & Microbe.
"Meskipun sebagian besar penelitian tentang serotonin berpusat pada efeknya di otak, sekitar 90 persen neurotransmitter ini juga diproduksi di saluran pencernaan," jelas pemimpin studi Vanessa Sperandio, Ph .D., seorang profesor mikrobiologi dan biokimia di UT Southwestern Medical Center.
Pada manusia, triliunan bakteri hidup di dalam usus. Sebagian besar bakteri usus ini bermanfaat, tetapi bakteri patogen juga dapat menjajah saluran pencernaan dan menyebabkan infeksi serius.
Baca Juga: Hits Health: Lansia Tak Khawatir Covid-19, Gejala Kanker Usus di Punggung
Karena bakteri usus secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan mereka, Sperandio, bersama dengan mahasiswa doktoral UTSW Aman Kumar meneliti apakah serotonin yang diproduksi dalam usus dapat memengaruhi virulensi bakteri patogen yang menginfeksi saluran pencernaan.
Para peneliti meneliti Escherichia coli O157, spesies bakteri yang menyebabkan wabah periodik dari infeksi bawaan makanan yang seringkali mematikan. Tim tersebut menumbuhkan bakteri patogen ini dalam di laboratorium, kemudian memaparkannya pada serotonin.
Tes ekspresi gen menunjukkan bahwa serotonin secara signifikan mengurangi ekspresi sekelompok gen yang digunakan bakteri ini untuk menyebabkan infeksi. Eksperimen tambahan menggunakan sel manusia menunjukkan bahwa bakteri tidak bisa lagi menyebabkan lesi terkait infeksi pada sel jika bakteri ini terpapar serotonin.
"Eksperimen lebih lanjut mengidentifikasi reseptor untuk serotonin pada permukaan E. coli dan C. rodentium, protein yang dikenal sebagai CpxA. Karena banyak spesies bakteri usus juga memiliki CpxA, mungkin serotonin dapat memiliki efek luas pada kesehatan bakteri usus," kata Sperandio.
Di masa depan, Sperandio dan rekan-rekannya berencana untuk mempelajari kelayakan memanipulasi kadar serotonin sebagai cara melawan infeksi bakteri di saluran pencernaan.
Baca Juga: Berisiko Kanker Usus, Ini Deretan Bahaya Sering Menahan BAB
Saat ini, beberapa antibiotik yang tersedia dapat secara efektif melawan E. coli O157. Tetapi tak sedikit antibiotik justru memperburuk konsekuensi infeksi, menyebabkan bakteri melepaskan lebih banyak racun yang merusak.
"Mengobati infeksi bakteri, terutama di usus bisa sangat sulit," kata Sperandio.