Psikolog Ungkap Cara Atasi Anak Patah Hati Akibat Orangtua Cerai

Rabu, 10 Juni 2020 | 12:45 WIB
Psikolog Ungkap Cara Atasi Anak Patah Hati Akibat Orangtua Cerai
Ilustrasi Psikolog Ungkap Cara Atasi Anak Patah Hati Akibat Orangtua Cerai. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap anak pasti ingin tentu ingin tumbuh di keluarga yang harmonis, dan saling mendukung satu sama lain.

Tapi seringkali konflik yang berujung perceraian tak bisa dihindarkan.

Dalam kondisi ini, anak kerap menjadi korban atas perceraian tersebut. Sulit untuk mengembalikan kekecewaan dan patah hati anak saat orangtuanya memutuskan berpisah.

Ilustrasi anak broken home. (Shutterstock)
Ilustrasi anak broken home. (Shutterstock)

"Paham banget kalau anak-anak sangat cinta pada orangtuanya. Mereka sangat nyaman saat sama orangtuanya pengennya nggak terpisah," ujar Psikolog Anak dan Keluarga Samantha Ananta dalam diskusi bersama @singlemomsindonesia beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Terlalu Sibuk Kerja, Inul Daratista Iri Anak Lebih Dekat dengan Suaminya

Tapi, tenang meski tidak mengembalikan hati anak seutuhnya, langkah pertama untuk mengobati patah hati anak yaitu dengan membenahi perasaan diri sendiri lebih dulu.

Barulah setelah itu menolong perasaan anak.

"Kita menstabilkan emosi kita. Hilangkan dulu rasa bersalah kita yakini berpisah adalah keputusan yang tepat," jelasnya.

Jika perasaan sudah tenang dan stabil, lanjutnya kita sudah siap untuk bicara pada anak, khususnya anak yang sudah mengerti.

Biarkan anak mengeluarkan semua perasaan, harapannya, biarkan anak bercerita tentang kesedihan orangtuanya berpisah.

Baca Juga: Kata Psikolog Tentang Cara Menjawab Pertanyaan Anak Soal Perceraian

"Lalu kita bisa ngomong ke anak perasaan dia. Oh adek masih rindu ya. Pengen ya kita balik lagi. Mama bisa paham perasaan kamu yang masih ada harapan," katanya.

Sebagai catatan penanganan dan cara komunikasi harus sesuai dengan frekuensi anak.

Coba bicarakan keadaan rumah yang lebih tenang setelah perceraian dibanding sebelumnya yang selalu bertengkar bahkan hingga menyakiti fisik.

"Tapi balik ke usia anak tingkatannya gimana. Kita jawab inget nggak waktu dulu masih bareng apa yang sering terjadi. Misal berantem, anak inget kan, kamu lebih seneng lihat rumah kamu tenang atau sering banget lihat ibu sama ayah berantem terus. Dibawa ke momen itu," jelasnya.

Nah, tantangan lagi biasanya anak yang berusia bayi atau balita tidak akan ada memori tentang pertengkaran. Biasanya yang kerap banyak bertanya anak di usia 10 tahun.

"Biasanya yang suka nanya itu usianya dibawah 10 tahun. Kalau yang 10 tahun keatas atau remaja kalau SMP mereka berharap orangtuanya kembali artinya saat bersama orangtuanya berkesan kembali. Artinya saat masih bersama orangtua keren banget. Jadi memang sangat spesifik setiap kasus," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI