Suara.com - Menghadapi pandemi virus corona, Zimbabwe harus menelan lebih banyak beban. Pasalnya salah satu negara Afrika itu masih belum selesai dalam persoalan kemiskinan, kelaparan, dan kekeringan.
Selama lockdown sejak bulan Maret, ekonomi merosot. Padahal sebelum wabah, pengangguran sudah merajalela di Zimbabwe, salah satu negara termiskin di Afrika.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), hampir 80 persen dari 14,5 juta warga bekerja di sektor informal, seperti pedagang kaki lima dan kios makanan.
Selain itu, Zimbabwe juga masih bergulat dengan dampak kekeringan dahsyat tahun 2019. Negara itu juga terdaftar di 109 dari 117 negara pada Indeks Kelaparan Global 2019.
Baca Juga: AII: Stop Diskriminasi dan Intimidasi Warga Serta Aktivis HAM Papua
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa pandemi virus corona dapat mendorong jutaan orang di Afrika ke dalam kemiskinan ekstrem dan menyebabkan kelaparan.
Situasi telah memaksa orang-orang di Zimbabwe untuk mencari makanan di mana saja mereka bisa, bahkan sisa-sisa dari sampah.
PBB memperkirakan bahwa 7,7 juta orang, hampir setengah dari populasi negara itu adalah rawan kelaparan. Mereka tidak memiliki akses makanan bergizi dan terjangkau.
Lebih dari 4 juta warga hidup di daerah pedesaan dan jutaan di kota-kota bertahan hidup dengan kurang dari 1,25 USD (Rp 17.267) per hari.
Program Pangan Dunia (WFP) memimpin upaya kemanusiaan untuk memberi makan jutaan orang di Zimbabwe dan telah memperingatkan akan lebih banyak kekurangan pangan.
Baca Juga: Kemenparekraf dan 18 Kementerian Tingkatkan Indeks Daya Saing Wisata
"Dampaknya sangat signifikan di daerah perkotaan dan Covid-19 adalah salah satu faktor penyumbang utama," kata Eddie Rowe, direktur negara WFP Zimbabwe.