Tanggapi Aturan New Normal, Ketua IDI: Kami Khawatir Pasien di RS Berjubel

Senin, 08 Juni 2020 | 15:18 WIB
Tanggapi Aturan New Normal, Ketua IDI: Kami Khawatir Pasien di RS Berjubel
Menteri Terawan dan Ketua IDI Dr. Daeng M Faqih, SH, MH [Suara.com/Risna]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meskipun pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih dijalankan, tetapi aturan tersebut tetap saja masih menimbulkan kekhawatiran akan penularan infeksi Covid-19.

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Daeng M Faqih, SH. MH mengungkap, keterbatasan rumah sakit menjadi salah satu kekhawatiran utama saat diberlakukannya new normal.

Kata Daeng, Ia dan para dokter khawatir terjadinya penularan dalam jumlah besar yang membuat kapasitas rumah sakit membludak dan pasien tidak tertampung di rumah sakit.

"Kalau (petugas medis) stres sih tidak, kami paling khawatir kalau terjadi pertambahan pasien pasti yang datang ke rumah sakit lebih banyak berjubel," ujar dr. Daeng saat berdiskusi bersama Aa Gym di channel youtube Aagym Official, Senin (8/6/2020).

Baca Juga: 5 Momen Manis Zaskia Gotik dan Putri Sambungnya, Suami Puji Bak Adik Kakak

Para petugas kesehatan termasuk dokter, kata dr. Daeng khawatir dengan terbatasnya tempat tidur, alat perawatan, ruangan isolasi, hingga kamar ICU.

Alhasil, saar pasien membludak banyak yang tidak tertangani dan risiko kematian semakin bertambah.

"Kebayang kalau kasusnya berlebih melampaui kapasitas itu yang kami takutkan, yang berlebih itu mau dirawat di mana, yang nggak bisa dirawat kan. Khawatir nggak terawat baik sodara kiita berisiko untuk kejadian kematian jadi lebih tinggi," tutur dr. Daeng.

Ia juga mengatakan virus corona atau SARS CoV 2 ini punya fatality rate atau risiko kematian yang rendah dibanding flu burung atau virus-virus sebelumnya.

Namun virus ini punya kecepatan penularan yang sangat cepat, bahkan dalam waktu bersamaan menular pada banyak orang.

Baca Juga: Ini Link Pendaftaran PPDB Jabar

"Sehingga dalam waktu yang hampir bersamaan, infeksinya besar sekali, bayangkan kapasitas rumah sakit kita hanya 10 misalnya, kemudian karena yang terinfeksi itu, 20 hingga 30 orang pasti di luar 10 orang tidak terawat dengan baik," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI