Suara.com - Mengatakan "maaf", terutama ketika Anda salah, adalah hal yang benar. Tapi bagi beberapa orang, ini adalah reaksi otomatis, meski mereka sedang tidak bersalah dan mungkin juga menjadi kata yang paling banyak diucapkan.
Namun, seorang psikoterapis Beverly Engel dalam bukunya "The Power of an Apology" menjelaskan bahwa meminta maaf berlebihan akan mengirimkan interpretasi yang salah pada orang lain.
"Anda mungkin menampilkan diri sebagai orang yang baik dan peduli, tetapi Anda sebenarnya mengirim pesan bahwa Anda kurang percaya diri dan tidak efektif," tulis Engel.
Dalam sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal Frontiers of Psychology menemukan, mengatakan minta maaf ketika dengan sengaja menolak seseorang dapat menyebabkan orang lain merasa lebih buruk.
Baca Juga: Demi Tampil Cantik, Wanita Ini Tak Menyesal Oplas meski Dimarahi Ibunya
"Atau membuat mereka harus memaafkan penolak sebelum mereka siap," kata penulis studi, Gili Freedman, dikutip CNBC.
Bahkan, menurut sebuah studi yang terbit dalam The European Journal of Social Psychology menunjukkan, memilih untuk tidak meminta maaf mungkin memiliki manfaat psikologis.
Para peneliti menemukan peserta yang menolak untuk mengungkapkan penyesalan menunjukkan tanda-tanda “harga diri yang lebih besar, peningkatan perasaan kekuasaan (atau kontrol) dan integritas.”
Mengucapkan maaf tidak selalu buruk
Ada beberapa keadaan di mana permintaan maaf yang tulus dapat bermanfaat.
Baca Juga: Akui Salah, Dwi Sasono Menyesal Pakai Narkoba
Profesor ilmu perilaku di University of Rhode Island menjelaskan, beberapa jenis permintaan maaf dapat mendorong pengampunan, perbaikan hubungan dan meredakan permusuhan.