Suara.com - Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Queen Mary University of London telah menunjukkan efektivitas menggunakan teknologi cahaya baru untuk memantau keberadaan antibodi dalam pengobatan multiple sclerosis (MS), yang bisa menyebabkan resistensi obat dan kegagalan pengobatan.
Para peneliti mengatakan bahwa mereka juga telah menerapkan teknologi Covid-19 yang berpotensi menguji antibodi untuk menentukan seseorang sebelumnya telah terinfeksi virus atau belum.
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi virus corona Covid-19. Antibodi ini juga bisa digunakan sebagai obat untuk melawan penyakit lainnya.
Alemtuzumab adalah antibodi yang dirancang untuk membunuh sel-sel T dan B, komponen seluler utama dari respons imun adaptif dan pertama kali digunakan pada kanker sel darah putih dan MS.
Baca Juga: Lagi, Virus Corona Disebut Hasil Rekayasa Ilmuwan China
Namun, antibodi ini terkadang bisa menghasilkan produksi antibodi yang mencegah alemtuzumab, yang menyebabkan pasien tidak bisa merespons pengobatan.
Platform GloBody adalah alat baru yang menggunakan enzim penghasil cahaya (nanoluciferase) untuk mendeteksi antibodi dalam sempel pasien. Alat ini juga digunakan untuk menunjukkan orang mana yang cenderung merespons pengobatan dan orang yang mengalami kegagalan pengobatan.
Penelitian dalam jurnal Neurology: Neuroimmunology & Neuroinflammation, menunjukkan handalnya alat platform GloBody untuk mendeteksi antibodi dan memprediksi pasien yang kemungkinan mengalami gagal pengobatan.
Hasil dari penelitian ini bisa meningkatkan keamanan perawatan untuk pasien MS. Para peneliti juga berharap bahwa temuan ini bisa membantu lebih banyak orang untuk mengenali pentingnya antibodi anti-narkoba dan menggunakan metode sederhana untuk memantau kondisi ini pada pasien.
"Meskipun kami hanya melihat tanggapan antibodi anti-obat dalam multiple sclerosis, pendekatan ini bisa terapkan pada setiap antibodi terapeutik dalam kondisi klinis apapun," kata Dr Angray Kang dari Queen Mary University of London dikutip dari Medical Express.
Baca Juga: Waspada Gejala Ringan Serangan Jantung, Cek Bagian Pergelangan Kaki!
Jika Anda bisa memperkirakan bahwa suatu obat tidak akan bekerja pada pasien. Maka Anda mencegah mereka dari perawatan medis yang sia-sia dan mungkin mahal.
Beberapa perawatan ini menelan biaya hampir setengah juta pound per orang dan per tahun. Sehingga cara ini bisa memberi tahu bila perawatan tidak akan berhasil, lalu Anda bisa cepat beralih ke perawatan lain.
Para peneliti mengatakan bahwa teknologinya juga telah dikembangkan untuk mendeteksi respons imun terhadap infeksi virus corona Covid-19.
Tes GloBody berpotensi untuk menguji virus corona Covid-19. Melalui cara ini, beberapa tes antibodi hanya akan memberikan jawaban ya atau tidak. Namun, teknologi ini bisa memberi tahu Anda berapa banyak antibodi yang ada dan bisa mencegah infeksi ulang.
"Dalam beberapa hari, kami sudah mengahasilkan jumlah yang cukup dari pereaksi Covid-19 GloBody yang berpotensi untuk menguji 1,6 juta orang terkait Covid-19. Jika virusnya bermutasi, tes baru bisa dilakukan dengan cepat," kata Dr Kang.
Meski begitu, para peneliti mengingatkan bahwa tes antibodi GloBody Covid-19 ini perlu divalidadi sebagai tes yang akurat sebelum digunakan secara luas.