Anak Kurang Serat, Waspada 3 Masalah Kesehatan Berikut

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 05 Juni 2020 | 08:11 WIB
Anak Kurang Serat, Waspada 3 Masalah Kesehatan Berikut
Ilustrasi anak makan sayur. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak tak suka makan buah? Atau ia kerap menolak kalau diberi sayur? Hati-hati anak kurang serat.

Ya, serat tak hanya diperlukan oleh orang dewasa. Anak-anak pun membutuhkan serat dalam asupan hariannya. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan serat anak usia 1- 3 tahun adalah 16 g/hari, dan bertambah menjadi 22 g/hari ketika anak berusia 4-6 tahun, serta 26 g/hari di usia 7-9 tahun.

Dilansir dari Kids Health, serat berguna untuk membantu proses metabolisme tubuh anak, yaitu dengan cara menormalkan gerakan usus, membantu menjaga kesehatan usus, serta melancarkan buang air besar.

Dengan terpenuhinya kebutuhan serat, proses penyerapan nutrisi yang berasal dari makanan pun menjadi lancar, sehingga memungkinkan anak mencapai pertumbuhan yang optimal. Demikian dikatakan Mary L. Gavin, MD, dokter spesialis anak dari Wilmington.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Pentingnya Jaga Kebutuhan Serat di Tengah Pandemi Covid-19

Lalu, apa dampaknya jika anak kurang serat? Waspada terhadap 5 masalah kesehatan berikut yang mungkin akan dialami oleh anak.

1. Sembelit

Ya, seperti orang dewasa, anak juga bisa mengalami sembelit jika anak kurang serat. Tapi, umumnya sembelit hanya bersifat sementara, dan akan berlalu ketika pola makannya diubah.

Selain menambahkan jumlah serat ke dalam makanan anak, Anda juga bisa mendorong anak untuk memperbanyak minum air putih, serta melakukan aktivitas fisik untuk membantu mengatasi sembelit. Tapi, hindari memberi obat pencahar pada anak, ya.

2. Anak kurang berenergi

Baca Juga: Berapa Banyak Serat yang Harus Dikonsumsi untuk Mencegah Penyakit?

Makanan minim serat, seperti pasta, kue, dan camilan lainnya, juga dapat membuat kadar gula darah melonjak, sehingga tubuh dipaksa untuk memproduksi lebih banyak insulin guna mengatasi kenaikan kadar gula darah tersebut. Hal ini menyebabkan energi jadi terkuras, sehingga anak akan tampak lemas, tak bersemangat, dan sulit berkonsentrasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI