Imunisasi di Asia Tenggara Paling Terdampak Selama Pandemi Covid-19

Kamis, 04 Juni 2020 | 19:55 WIB
Imunisasi di Asia Tenggara Paling Terdampak Selama Pandemi Covid-19
Ilustrasi imunisasi. (Dok. Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Imunisasi di kawasan Asia Tenggara mengalami hambatan selama pandemi virus Corona Covid-19.

Para ahli kesehatan memperkirakan jutaan anak-anak di dunia dapat meninggal akibat gangguan pada program imunisasi yang terhambat karena wabah virus corona.

Ada sejumlah alasan mengapa layanan imunisasi sangat terganggu karena pandemi. Di antaranya, orangtua takut dengan paparan Covid-19 jika pergi dari rumah, petugas kesehatan dialihkan untuk menangani pandemi, dan masalah distribusi pasokan vaksin ke klinik.

"Campak sedang meningkat, difteri, kolera. Jadi ini akan menjadi masalah nyata," kata direktur eksekutif Unicef Henrietta Fore dikutip dari BBC.

Baca Juga: Antar Anak Imunisasi Saat Pandemi, Ini 5 Panduan dari IDAI untuk Orangtua

Menurutnya, dunia telah berhasil menaklukan penyakit-penyakit itu untuk anak-anak. Namun saat ini kembali khawatir lantaran hambatan imunisasi. Ada sekitar 80 juta anak-anak di dunia berusia di bawah satu tahun yang berisiko terdampak akibat masalah imunisasi vaksin.

Data WHO, Unicef, Lembaga Vaksin Sabin dan Gavi, dan Aliansi Vaksin dunia memperkirakan jumlah bayi yang kehilangan imunisasi rutin karena pandemi paling banyak terjadi di Asia Tenggara sejumlah 34,8 juta anak dan Afrika 22,9 juta anak.

Ada pun wabah penyakit mematikan yang dapat dicegah saat ini seperti wabah campak di Nepal, Kamboja, dan Ethiopia. Juga kolera dan demam kuning di Ethiopia.

Johns Hopkins dari Bloomberg School of Public Health menunjukkan gangguan pada layanan kesehatan ini dapat mengakibatkan 6.000 anak meninggal setiap hari.

"Apa yang kami perkirakan sepenuhnya adalah penyakit-penyakit ini akan datang kembali," kata kepala departemen imunisasi dan vaksin WHO Kate O'Brien.

Baca Juga: Tidak Ada Posyandu, Ini Prosedur Imunisasi Anak saat Pandemi

Dinas Kesehatan Banyuwangi bersama dengan UNICEF dan tim kesehatan FKM Unair Surabaya melakukan sweeping untuk imunisasi ORI difteri di pusat perbelanjaan dan pasar di Banyuwangi, Sabtu (22/12/2018)
Ilustrasi imunisasi. (Suara.com/M. Reza)

"Dan itu artinya, bahwa kita akan melihat kematian anak-anak dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam waktu belakangan ini," tambahnya.

Tetapi situasi yang mengkhawatirkan itu masih dapat dicegah, jika pemerintah bertindak cepat. Hal itu telah menjadi pembahasan dan peringatan kepada para pemimpin global saat bertemu dalam KTT Vaksin Global, di Inggris.

Negara-negara dan organisasi pendanaan diminta untuk memberikan biaya $ 7,4 miliar (sekitar Rp 103 Triliun) untuk memastikan Gavi, Aliansi Vaksin, dapat terus memberikan vaksin yang menyelamatkan jiwa ke beberapa komunitas termiskin di dunia, baik selama pandemi maupun setelahnya.

Pemimpinnya Gavi Dr Seth Berkley mengatakan memastikan sistem imunisasi tetap rutin berjalan secepat mungkin sangat penting.

"Ketika kami dengan cepat bergerak menuju penyediaan vaksin Covid-19, ini adalah sistem yang sama yang akan kami gunakan untuk memberikan vaksin-vaksin yang lain" ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI