Suara.com - Di beberapa negara protokol penguncian telah dilonggarkan, bahkan sekolah dan toko-toko sudah mulai dibuka kembali. Namun, beberapa ilmuwan mengatakan pemerintah telah bertindak terlalu cepat.
Pencabutan penguncian ini telah digambarkan sebagai 'momen berbahaya' oleh wakil kepala medis Inggris.
Ketika kuncian atau lockdown, semuanya dinilai lebih baik.
Misalnya saja di Inggris, diperkirakan ada 100.000 infeksi baru setiap hari pada 23 Maret, hari ketika Boris Johnson mengumumkan pembatasan ketat. Ini sebanding dengan sekitar 8.000 infeksi harian yang terjadi sekarang ini.
Baca Juga: Turki Disebut Tak Akan Alami Gelombang Kedua Pandemi Virus Corona
"Ada di sekitar rentang 10 kali lipat kurang sedikit, tapi itu masih cukup," kata Dr Adam Kurcharski dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, dikutip BBC.
Kecepatan penyebaran virus juga jauh lebih lambat.
Angka R, jumlah rata-rata orang yang tertular virus, adalah sekitar tiga (R3) ketika kuncian. Ini artinya 10 orang menyebarkan virus corona ke 30 orang lain.
Sedangkan sekarang, R pada sekitar 0,7 hingga 0,9, yang artinya 10 orang diperkirakan menularkan ke sekitar 8 orang lainnya.
Tapi, perbandingan oleh Universitas Oxford masih menunjukkan Inggris berada di salah satu posisi terburuk secara global untuk pencabutan kuncian.
Baca Juga: Warga DKI Tidak Percaya Influencer dan Selebritas Jika Bicara Virus Corona
Kepala penasihat sains, Sir Patrick Vallance, memperingatkan untuk hati-hati, melihat dari data.
R mendekati satu, titik kritis di mana kasus meningkat lagi dan kami masih melihat infeksi baru setiap hari pada tingkat yang cukup signifikan.
"Penguncian yang dilonggarkan berarti kita akan berhubungan dengan lebih banyak orang dan hal itu meningkatkan peluang penyebaran virus," tambahnya.