Suara.com - Pada pertengahan Mei 2020 lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku rutin mengonsumsi obat anti-malaria hidroksiklorokuin untuk mencegah tertular virus corona.
Akibatnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) melunakkan sikapnya terhadap obat ini. Padahal, beberapa penelitian menunjukkan obat ini juga tidak ampuh dalam mengobati Covid-19.
Hingga sebuah studi baru oleh peneliti dari University of Minnesota menunjukkan hidroksiklorokuin tidak dapat mencegah infeksi virus.
David Boulware, ahli penyakit menular dan profesor kedokteran di University of Minnesota sekaligus penulis dari studi ini, mengatakan dokter pribadi Trump sempat mengiriminya surel pada 9 Mei.
Baca Juga: India Pakai Obat Herbal untuk Atasi Virus Corona Covid-19, Ini Kata Ahli!
Sang dokter meminta pendapat tentang konsumsi hidroksiklorokuin sebagai pencegahan, dan menanyakan tentang hasil penelitian serta dosis yang diambil oleh subjek penelitian.
Dilansir CNN Internasional, Boulware mengaku telah menasehati dokter Trump bahwa tidak ada penelitian yang menunjukkan obat tersebut bekerja secara preventif dan mengatakan subjek dalam penelitiannya mendapat efek samping, kebanyakan masalah pencernaan seperti mual dan muntah.
"Saya tahu mereka mungkin akan mengabaikan apa yang saya katakan karena Gedung Putih telah berbicara tentang hidroksiklorokuin selama berminggu-minggu," katanya.
Penelitian University of Minnesota adalah uji coba kontrol klinis acak tersamar ganda, yang dianggap sebagai standar emas dalam kedokteran.
Boulware dan rekannya meneliti hasil dari 821 subjek yang terpapar Covid-19 dari AS dan Kanada, rerata usia 40 tahun.
Baca Juga: Para Peniliti di Afrika Uji Coba Vaksin Tuberkulosis untuk Obat Covid-19
Sekitar setengah dari subjek ditugaskan mengonsumsi hidroksiklorokuin selama lima hari, dan lainnya mengonsumsi plasebo.