Mewabah Lagi di Kongo, Mengenal Ebola yang Tak Kalah Bahaya dari Covid-19

Rabu, 03 Juni 2020 | 11:02 WIB
Mewabah Lagi di Kongo, Mengenal Ebola yang Tak Kalah Bahaya dari Covid-19
Seorang pria di Kongo diberi vaksin anti Ebola oleh salah satu petugas medis. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru-baru ini kasus Ebola kembal dilaporkan di Kongo yang juga sedang melawan virus corona. Oleh karena itu, perlu untuk mengenal kembali virus yang tak kalah berbahaya tersebut.

Melansir dari Everyday Health, Ebola adalah penyakit menular yang berasal dari Afrika. Penyakit itu berasal dari keluarga virus yang dikenal sebagai Filoviridae. Penyakit-penyakit ini menyebabkan demam berdarah, suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan pendarahan hebat, kegagalan organ, dan kematian.

Manusia terinfeksi Ebola dari hewan yang terinfeksi. Setelah transmisi awal, virus dapat ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh.

Sejak Ebola ditemukan pada tahun 1976, beberapa wabah telah terjadi, terutama di Afrika. Wabah paling terjadi antara 2014 dan 2016 dan Agustus 2018.

Baca Juga: Tak Hanya Cantik, 5 Tanaman Ini Bantu Pelihara Udara di Rumah

Hanya sekitar setengah dari orang yang terkena Ebola akan bertahan. 

Para peneliti telah mengidentifikasi lima jenis virus Ebola, yakni jenis Hutan Tai (sebelumnya bernama Pantai Gading), Sudan, Zaire, Bundibugyo, dan reston.

Virus yang menyebabkan wabah 2014-2016 di Afrika adalah jenis Zaire. Jenis lain dari virus Ebola, yang disebut Bombali baru-baru ini ditemukan pada kelelawar.

Tanda dan gejala

Gejala Ebola biasanya muncul antara 5 hingga 10 hari setelah terinfeksi. Tetapi bisa juga mulai dari 2 hingga 21 hari setelah kontak dengan virus.

Baca Juga: Dokter: Kalau Mau Terapkan New Normal, Masyarakat Harus Cerdas

Gejala awal:

Demam

Sakit kepala parah

Panas dingin

Nyeri sendi dan otot

Kelemahan atau kelelahan

Tanda-tanda pertama ini mungkin samar dan sulit dikenali sebagai Ebola.

Gejala Lanjut:

Mual, muntah, diare, atau sakit perut

Mata merah

Nyeri dada

Batuk atau sakit tenggorokan

Penurunan berat badan yang parah

Memar

Pendarahan (biasanya dari mata)

Pendarahan internal

Komplikasi

Ebola dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:

Kegagalan organ

Pendarahan hebat

Penyakit kuning

Kejang

Koma

Linglung

Dalam banyak kasus, virus ini cukup berbahaya dan menyebabkan kematian

Bagaimana Ebola Menyebar?

Para ilmuwan belum tahu persis dari mana virus Ebola berasal, tetapi mereka percaya kelelawar buah adalah inang yang paling mungkin.

Kelelawar yang membawa virus dapat memindahkannya ke hewan lain seperti kera dan monyet. Manusia dapat tertular Ebola melalui kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi.

Ketika manusia terinfeksi Ebola, mereka dapat menyebarkan virus melalui cairan tubuh mereka, seperti darah, muntah, dan kotoran.

Ebola juga dapat menular melalui kontak seksual atau berbagi jarum juga. Beberapa penelitian telah menemukan pria yang telah pulih dari Ebola dapat menyebarkan virus melalui air mani mereka selama beberapa bulan setelah pemulihan

Orang dengan Ebola tetap menular selama darah dan cairan tubuh mereka mengandung virus. Dalam beberapa kasus, kontak dengan tubuh jenazah seseorang yang memiliki Ebola juga dapat menularkan virus. 

Ilustrasi pandemi ebola. (Shutterstock)
Ilustrasi pandemi ebola. (Shutterstock)

Vaksin

Para ilmuwan sedang berupaya mengembangkan vaksin untuk melindungi terhadap Ebola. Satu vaksin eksperimental yang disebut rVSV-ZEBOV menunjukkan harapan dalam uji klinis yang melibatkan 11.841 orang di Guinea selama 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara 5.837 peserta yang menerima vaksin, nol kasus Ebola tercatat 10 hari atau lebih setelah vaksinasi. Di sisi lain, 23 kasus Ebola dicatat 10 hari atau lebih setelah vaksinasi di antara mereka yang tidak menerima vaksin.

Vaksin lain yang disebut vaksin Ebola rekombinan adenovirus tipe-5, diuji dalam uji klinis fase 2 di Sierra Leone selama 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin merangsang respons kekebalan dalam 28 hari. Respons ini menurun selama enam bulan setelah injeksi diberikan.

Penelitian tentang vaksin ini masih dalam pengembangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI