Mewabah Lagi di Kongo, Mengenal Ebola yang Tak Kalah Bahaya dari Covid-19

Rabu, 03 Juni 2020 | 11:02 WIB
Mewabah Lagi di Kongo, Mengenal Ebola yang Tak Kalah Bahaya dari Covid-19
Seorang pria di Kongo diberi vaksin anti Ebola oleh salah satu petugas medis. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bagaimana Ebola Menyebar?

Para ilmuwan belum tahu persis dari mana virus Ebola berasal, tetapi mereka percaya kelelawar buah adalah inang yang paling mungkin.

Kelelawar yang membawa virus dapat memindahkannya ke hewan lain seperti kera dan monyet. Manusia dapat tertular Ebola melalui kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi.

Ketika manusia terinfeksi Ebola, mereka dapat menyebarkan virus melalui cairan tubuh mereka, seperti darah, muntah, dan kotoran.

Baca Juga: Tak Hanya Cantik, 5 Tanaman Ini Bantu Pelihara Udara di Rumah

Ebola juga dapat menular melalui kontak seksual atau berbagi jarum juga. Beberapa penelitian telah menemukan pria yang telah pulih dari Ebola dapat menyebarkan virus melalui air mani mereka selama beberapa bulan setelah pemulihan

Orang dengan Ebola tetap menular selama darah dan cairan tubuh mereka mengandung virus. Dalam beberapa kasus, kontak dengan tubuh jenazah seseorang yang memiliki Ebola juga dapat menularkan virus. 

Ilustrasi pandemi ebola. (Shutterstock)
Ilustrasi pandemi ebola. (Shutterstock)

Vaksin

Para ilmuwan sedang berupaya mengembangkan vaksin untuk melindungi terhadap Ebola. Satu vaksin eksperimental yang disebut rVSV-ZEBOV menunjukkan harapan dalam uji klinis yang melibatkan 11.841 orang di Guinea selama 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara 5.837 peserta yang menerima vaksin, nol kasus Ebola tercatat 10 hari atau lebih setelah vaksinasi. Di sisi lain, 23 kasus Ebola dicatat 10 hari atau lebih setelah vaksinasi di antara mereka yang tidak menerima vaksin.

Baca Juga: Dokter: Kalau Mau Terapkan New Normal, Masyarakat Harus Cerdas

Vaksin lain yang disebut vaksin Ebola rekombinan adenovirus tipe-5, diuji dalam uji klinis fase 2 di Sierra Leone selama 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin merangsang respons kekebalan dalam 28 hari. Respons ini menurun selama enam bulan setelah injeksi diberikan.

Penelitian tentang vaksin ini masih dalam pengembangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI