Studi: Pasien Covid-19 Dapat Mengalami Gejala Neurologis seperti Stroke

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Rabu, 03 Juni 2020 | 10:30 WIB
Studi: Pasien Covid-19 Dapat Mengalami Gejala Neurologis seperti Stroke
Ilustrasi pasien dalam keadaan koma. [Shutterstok]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang yang terinfeksi Covid-19 dapat mengalami berbagai gejala seperti demam atau kedinginan, batuk, kelelahan dan sesak napas.

Namun menurut sebuah studi baru dari Italia, perubahan status mental dan stroke adalah gejala neurologis paling umum yang dialami pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Dilansir dari Medical News Today, gejala neurologis yang terkait dengan Covid-19 telah menerima perhatian jauh lebih sedikit daripada gejala fisik.

Tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka (gejala neurologis) adalah umum di antara orang-orang dengan bentuk penyakit yang parah.

Baca Juga: Klaim Covid-19 Mulai Melemah Masih Dipertanyakan

Para peneliti menganalisis catatan pasien yang dirawat di University of Brescia, University of Eastern Piedmont di Novara, dan University of Sassari. Dari 725 pasien, 15% mengalami gejala atau penyakit neurologis. Dari 15% ini, 99% menjalani CT scan .

Gejala neurologis yang paling umum adalah "keadaan mental yang berubah" yang dialami 59% pasien, dan stroke iskemik, yang dialami 31% pasien.

Ilustrasi stroke ringan (Foto: shutterstock)
Ilustrasi stroke ringan (Foto: shutterstock)

"Keadaan mental yang berubah" mencakup berbagai kemungkinan tanda dan gejala, termasuk kebingungan, delirium dan koma.

Di antara gejala neurologis yang kurang umum adalah sakit kepala (12%), kejang (9%) dan pusing (4%).

Peneliti mengungkapkan kelainan akut pada 47% pasien. Di antara temuan yang paling umum adalah stroke iskemik, dan pada 6% pasien, ada tanda-tanda perdarahan intrakranial.

Baca Juga: Ingin Berhubungan Seks di Tengah Pandemi Covid-19? Ahli: Pakai Masker!

"Pola-pola yang baru ditemukan ini dapat membantu dokter lebih baik dan lebih cepat mengenali hubungan dengan Covid-19 dan mungkin memberikan intervensi sebelumnya," kata penulis studi utama Dr. Abdelkader Mahammedi, asisten profesor radiologi di Universitas Cincinnati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI