Dokter: Kalau Mau Terapkan New Normal, Masyarakat Harus Cerdas

Rabu, 03 Juni 2020 | 10:23 WIB
Dokter: Kalau Mau Terapkan New Normal, Masyarakat Harus Cerdas
Ilustrasi new normal (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aturan new normal atau tatanan hidup baru akan diberlakukan seiring dengan pandemi Covid-19 yang terus berkepanjangan.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan Gastro Entero Hepatologi Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menyampaikan bahwa pada prinsipnya new normal merupakan tetap menjalankan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari.

Namun itu saja tidak cukup. Menurutnya, penerapan new normal harus dibarengi dengan perilaku masyarakat yang cerdas.

"Kalau mau diterapkan new normal, oke diterapkan, tapi masyarakatnya juga harus cerdas. Ini masih belum cerdas, berita tidak benar diikuti. Karena masyarakat kita tidak kritis, dalam membaca informasi langsung percaya," kata Prof. Ari dalam siaran langsung Instagram, Selasa (2/6/2020).

Baca Juga: 80 Juta Anak Terimbas Pandemi, UNICEF Minta Indonesia Kaji Ulang New Normal

Ari mengatakan, salah satu hoaks yang masih dipercaya masyarakat mengenai tindakan pergi ke rumah sakit jika sudah mengalami sesak napas.

"Ada hoaks katanya kalau sudah sesak napas baru ke datang ke rumah sakit, (padahal) itu terlambat. Itu berarti sudah masuk minggu kedua. Bagusnya datang di minggu pertama. Masih batuk, pilek, datang ke rumah sakit," katanya.

Jika terbukti terinfeksi virus corona dan datang berobat sebelum mengalami gejala sesak napas, kata Prof. Ari, pasien kemungkinan akan diberikan infus, antivirus, dan oksigen sudah masuk melalui hidung.

Tetapi jika datang ke rumah sakit dalam keadaan sesak napas, kemungkinan yang terjadi kondisi paru-paru sudah parah dan aliran oksigen dalam tubuh sudah buruk.

"Pasien yang tadinya tidak butuh ventilator, jadi butuh," ucapnya.

Baca Juga: Covid Belum Hilang Saat New Normal, PKS DKI Minta Masjid Jangan Dibuka Dulu

"Banyak hoaks di tengah masyarakat yang menjerumuskan. Baca dulu sumbernya dari mana kalau dapat informasi sebelum disebarkan ke orang lain. Kalau disebarkan, kita ikut mencelakakan orang lain," tambah Ari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI