Suara.com - Perlukah Selalu Mengikuti Berita Viral di Media Sosial? Ini Kata Psikiater
Media sosial seakan telah menjadi hidup kedua bagi sebagian besar orang.
Dari kegiatan komunikasi, mencari informasi, tempat curhat, bahkan sampai pencarian jodoh, setiap orang punya cara masing-masing dalam menggunakan media sosial.
Tetapi lantaran banyaknya informasi yang tersebar di media sosial, tak jarang terpancing ikut berkomentar.
Baca Juga: Protokol Kesehatan Disiapkan, Pembukaan Sekolah Akan Terus Dievaluasi
Terutama terhadap kabar yang sedang viral.Padahal hal tersebut tidak terlalu penting dilakukan.
"Kamu gak harus komentar buat semua hal yang lagi ramai. Kamu juga gak harus ngelakuin yang dibilang netizen lain. Influence atau bukan, siapapun kamu, lakukan saja apa yang menurutmu berharga," kata Psikiater dari RS Siloam Bogor dr. Jiemi Ardian Sp.KJ dikutip dari akun Twitter-nya, Selasa (2/6/2020).
Jiemi mengingatkan, bermain media sosial tak perlu mengikuti segalanya yang sedang viral atau mengikuti apa pun yang dibicarakan banyak orang.
Menurutnya, setiap orang memiliki alasan masing-masing dalam menjalani kehidupan di dunia maya.
"Ada banyak alasan orang ke sosial media. Lakukan yang menurutmu berharga, itu cukup," ucapnya.
Baca Juga: Resep Tara Budiman Atasi Masalah Rumah Tangga dengan Istri
Akun yang diikuti juga bisa mempengaruhi sikap dalam bermedia sosial.
Lantaran banyaknya konten yang tersedia, ada baiknya hanya mengikuti akun yang dianggap bermanfaat.
"Siapa yang kamu follow. Pilih yang menenangkan, pilih yang bisa kasih informasi terpercaya, tidak menambahkan tapi juga tidak mengurang-kurangi," kata Jiemi saat melakukan siaran langsung bersama Instagram @Lawancovid19_id beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan bahwa penting untuk mengetahui pola yang terjadi di media sosial.
Menurutnya, media sosial memiliki sifat tak terbatas. Artinya setiap menit bisa akan selalu muncul konten atau informasi baru.
Tubuh akan lelah jika selalu mengikuti perkembangan terbaru yang ada. Sehingga itu pentingnya membatasi diri dari penggunaan media sosial.
"Berikan set waktu pada penggunaan sosmed. Yang ngatur kita, jangan sebaliknya. Karena sosmed tak terbatas. Kalau ngikutin terus kita capek. Kalau orang capek jadinya emosi," tuturnya.