LGBT Bukan Gangguan Jiwa, Homoseksual Sama Sehatnya dengan Heteroseksual

Selasa, 02 Juni 2020 | 14:06 WIB
LGBT Bukan Gangguan Jiwa, Homoseksual Sama Sehatnya dengan Heteroseksual
Ilustrasi LGBT. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari empat puluh tahun lalu, pada 17 Desember 1973 American Psychiatric Association (APA) menyatakan, bahwa homoseksual bukanlah penyakit mental atau penyakit lain. Meski banyak pro kontra, penyataan organisasi psikiatris terbesar di dunia itu telah mempu menggeser opini publik tentang kesetaraan LGBT.

"Kami tidak akan lagi menuntut label penyakit untuk orang-orang yang bersikeras bahwa mereka baik-baik saja dan tidak menunjukkan penurunan mental dalam efektivitas sosial," menurut penyataan APA.

Jauh sebelum APA menyatakan homoseksual bukan sebagai gangguan kejiwaan, peneliti Evelyn Hooker sudah membantah mitos populer tersebut bahwa homoseksual secara inheren kurang sehat secara mental daripada heteroseksual melalui penelitiannya di tahun 1950-an.

Dilansir dari BBC, pada tahun 1950-an, Dr. Evelyn Hooker mempelajari 30 pria homoseksual dan 30 pria heteroseksual yang direkrut melalui organisasi komunitas.

Baca Juga: Siap Geser Barca, Lucas Vazquez Ingin Real Madrid Menangkan Laga Tersisa

Kedua kelompok disesuaikan usia, IQ, dan pendidikan. Tak satu pun dari laki-laki itu dalam terapi mental pada saat penelitian.

Ilustrasi LGBT, Penyimpangan Seksual. (Shutterstock)
Ilustrasi LGBT. (Shutterstock)

Dokter Hooker melakukan tiga tes proyektif yang mengukur pola pikiran, sikap, dan emosi orang. Tes pertama disebut Rorschach, di mana orang menggambarkan apa yang mereka lihat dalam noda tinta abstrak.

Kedua adalah, Tes Tafsir Tematik (TAT). Sementara tes ketiga adalah Make A Picture Story (MAPS) di mana orang bercerita tentang gambar yang berbeda.

Dua ahli Rorschach independen mengevaluasi penyesuaian keseluruhan pria menggunakan skala 5 poin. Mereka mengklasifikasikan dua pertiga dari heteroseksual dan dua pertiga dari homoseksual dalam tiga kategori penyesuaian tertinggi.

Ketika diminta untuk mengidentifikasi protokol Rorschach mana yang merupakan hasil dari homoseksual, para ahli tidak dapat membedakan orientasi seksual dalam tes psikologi itu.

Baca Juga: Masuki Fase Ketiga Pembatasan, Portugal Bolehkan Bioskop dan Teater Buka

Pakar ketiga menggunakan protokol TAT dan MAPS untuk mengevaluasi penyesuaian psikologis pria. Seperti halnya tanggapan pada tes Rorschach, peringkat penyesuaian homoseksual dan heteroseksual tidak berbeda secara signifikan.

Berdasarkan temuan ini, Dr. Hooker waktu itu menyarankan bahwa homoseksual sama normalnya secara psikologis dengan heteroseksual.

Penelitian Hooker adalah studi pertama yang secara empiris menangkis anggapan bahwa homoseksual secara mental tidak sehat dan kurang sehat.

Fakta bahwa tidak ada perbedaan yang ditemukan antara homoseksual dan heteroseksual, banyak penelitian lain yang menggali lebih dalam soal persamaan mental antara keduanya.

Ilustrasi kelompok LGBT di AS (Shutterstock).
Ilustrasi kelompok LGBT di AS (Shutterstock).

Setelah Hooker dan banyak peneliti lain, akhinya APA menghapus homoseksualitas sebagai Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) pada tahun 1973.

Pada tahun 1975, APA secara terbuka menyatakan bahwa homoseksualitas tidak menyiratkan gangguan dalam penilaian, keandalan, atau kemampuan sosial. Mereka juga menyarankan agar para profesional kesehatan mental harus memimpin dalam menghilangkan stigma terhadap kelompok homoseksual.

Melansir dari BBC, APA bahkan pernah menyurati Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) untuk mendorong perhimpunan tersebut mempertimbangkan ulang kebijakan bahwa homoseksualitas masuk dalam kategori masalah kejiwaan.

Mereka juga mengecam adanya terapi konversi untuk mengubah orientasi seksual yang masih banyak dipraktikkan. Menurut APA. Terapi konversi malah akan berisiko depresi, kecenderungan bunuh diri, kecemasan, mengurung diri, dan penurunan kemampuan akrab dengan orang lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI