Kemudian orangtua juga harus mengedukasi anak dengan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dan termasuk membawa bekal sendiri dari rumah. Dr. Nastiti menilai semua hal ini belum siap jika sekolah dibuka pada bulan Juli nanti.
Selain tahapan, ada juga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum mewujudkan rencana pembukaan sekolah. Persyaratan tersebut berisi parameter atau indikator epidemiologis.
Seperti tren jumlah penambahan kasus yang terus menurun dan tren positivity rate dari jumlah spesimen yang diperiksa terus menurun.
Nilai reproduction rate juga perlu dipertimbangkan. Sayangnya, Indonesia masih termasuk yang paling rendah.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Minat Perusahaan Melakukan IPO Berkurang?
Oleh sebab itu, Dr. Nastiti mengingatkan untuk tetap berhati-hati menyebut bahwa reproduction rate Indonesia sudah rendah atau di bawah angka satu, padahal angka penambahan jumlah kasus terus berlangsung.
IDAI memantau bahwa tren penambahan kasus masih bergejolak dan belum ada tren penurunan yang konsisten. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa untuk bisa dikatakan menurun, tren harus konsisten selama tiga minggu berturut-turut.
Selama tiga minggu tersebut, positivity rate-nya juga harus berada di bawah 5 persen. Sementara Indonesia masih cukup tinggi, yakni berada pada 8 hingga 12 persen.
"Maka dari itu, kita tidak menyarankan membuka sekolah terlebih dahulu," tegas Dr. Nastiti.
IDAI baru-baru ini mengeluarkan anjuran terkait Kegiatan Belajar Mengajar dalam masa pandemi virus corona atau Covid-19 ini. Salah satunya adalah anjuran untuk tidak membuka sekolah sampai bulan Desember 2020 nanti.
Baca Juga: Menaker : Mari Jaga Semangat Kerja dan Kekeluargaan dalam Pandemi Covid-19