Flu Burung Apokaliptik, Virus yang Lebih Buruk dan Mematikan dari Covid-19

Minggu, 31 Mei 2020 | 12:46 WIB
Flu Burung Apokaliptik, Virus yang Lebih Buruk dan Mematikan dari Covid-19
Ilustrasi flu burung. (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang dokter di Amerika memperingatkan jenis flu burung yang bermutasi bisa membunuh 50 persen dari populasi manusia di dunia dan jauh lebih parah dari virus corona Covid-19.

Terkait hal tersebut, Dr Michael Greger, seorang ilmuwan vegan yang menganjurkan manfaat kesehatan dari pola makan nabati telah menulis sebuah buku berjudul 'How to Survive a Pandemic'.

Michael Greger mengatakan obsesi manusia terhadap binatang, baik memilikinya sebagai hewan peliharaan atau memburunya sebagai santapan bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit menular.

Zoonosis adalah infeksi yang berpindah dari hewan ke manusia. Sebagian besar virus ini bersifat jinak, tetapi beberapa lainnya bisa seperti TBC dan SARS yang bermutasi serta mematikan.

Baca Juga: Masalah Usus Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona Covid-19, Ini Alasannya

Beberapa teori menyatakan bahwa wabah virus corona Covid-19 sekarang ini menyebar ke manusia dari hewan ternak di pasar basah Wuhan, China.

Greger mengatakan penyakit yang paling mematikan dalam sejarah bisa saja ada pada ayam, yang mana sering dikonsumsi manusia di seluruh dunia.

Ilustrasi burung. (Shutterstock)
Ilustrasi burung. (Shutterstock)

Ayam merupakan bagian besar dari industri pertanian global dengan daging dan telur yang dikonsumsi dalam jumlah besar di setiap negara.

Sayangnya dilansir dari Daily Star, banyak burung yang berada di peternakan kejam dengan mencekoki hewan-hewan tersebut menggunakan bahan kimia.

Karena itu, Greger berpendapat kondisi ini bisa membuat virus lebih mudah menyebar ke seluruh hewan lainnya, lalu ke manusia.

Baca Juga: Update Corona Covid-19 Global 31 Mei 2020: Kesembuhan Jerman 82 Persen

Adapun kasus flu burung yang pernah menginfeksi sepertiga dari populasi dunia antara tahun 1918 dan 1920. Wabah flu burung itu membunuh sekitar 10 persen manusia karena menyebabkan penyakit paling mematikan.

Pada tahun 1997, strain baru dari virus yang menyebabkan flu burung kembali muncul, dikenal sebagai H5N1 yang menyebar dari unggas ke manusia. Wabah H5N1 di Hong Kong ini memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi dan membunuh sepertiga populasi manusia.

Beruntungnya, virus itu hanya menular ke 18 orang yang menunjukkan virus itu memiliki tingkat penularan yang cukup lambat. Tetapi, para ahli kesehatan masyarakat khawatir kalau H5N1 akan bermutasi lebih jauh bisa mereplikasikan dirinya lebih cepat.

Sebagian besar H5N1 memengaruhi paru-paru, tetapi juga bisa menginfeksi aliran darah dan merusak organ dalam tubuh. Lalu, diperkirakan virus itu bisa bermutasi menjadi 10 kali lebih mematikan daripada pandemi 1918 dengan tingkat kematian hingga 50 persen.

Greger pun berteori satu-satunya cara untuk menjamin keselamatan semua orang dari wabah flu burung adalah mematikan semua ayam di sunia dan mengisi kembali populasi unggas dari awal secara global.

Dalam hal ini, flu burung apokaliptik salah satu virus yang lebih buruk dari virus corona Covid-19 dan bisa memusnahkan separuh manusia di dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI