Suara.com - Seorang dokter di Amerika memperingatkan jenis flu burung yang bermutasi bisa membunuh 50 persen dari populasi manusia di dunia dan jauh lebih parah dari virus corona Covid-19.
Terkait hal tersebut, Dr Michael Greger, seorang ilmuwan vegan yang menganjurkan manfaat kesehatan dari pola makan nabati telah menulis sebuah buku berjudul 'How to Survive a Pandemic'.
Michael Greger mengatakan obsesi manusia terhadap binatang, baik memilikinya sebagai hewan peliharaan atau memburunya sebagai santapan bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit menular.
Zoonosis adalah infeksi yang berpindah dari hewan ke manusia. Sebagian besar virus ini bersifat jinak, tetapi beberapa lainnya bisa seperti TBC dan SARS yang bermutasi serta mematikan.
Baca Juga: Masalah Usus Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona Covid-19, Ini Alasannya
Beberapa teori menyatakan bahwa wabah virus corona Covid-19 sekarang ini menyebar ke manusia dari hewan ternak di pasar basah Wuhan, China.
Greger mengatakan penyakit yang paling mematikan dalam sejarah bisa saja ada pada ayam, yang mana sering dikonsumsi manusia di seluruh dunia.
Ayam merupakan bagian besar dari industri pertanian global dengan daging dan telur yang dikonsumsi dalam jumlah besar di setiap negara.
Sayangnya dilansir dari Daily Star, banyak burung yang berada di peternakan kejam dengan mencekoki hewan-hewan tersebut menggunakan bahan kimia.
Karena itu, Greger berpendapat kondisi ini bisa membuat virus lebih mudah menyebar ke seluruh hewan lainnya, lalu ke manusia.
Baca Juga: Update Corona Covid-19 Global 31 Mei 2020: Kesembuhan Jerman 82 Persen
Adapun kasus flu burung yang pernah menginfeksi sepertiga dari populasi dunia antara tahun 1918 dan 1920. Wabah flu burung itu membunuh sekitar 10 persen manusia karena menyebabkan penyakit paling mematikan.