Suara.com - Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan kepada semua sektor untuk membantu menghentikan taktik pemasaran tembakau yang menargetkan anak-anak dan remaja.
Dilansir dari Channel News Asia, perusahaan-perusahaan tembakau sengaja menggunakan taktik "mematikan" untuk menargetkan anak-anak dan membuat mereka ketagihan merokok.
"Taktik ini sangat kejam oleh industri tembakau," kata Rudiger Krech, direktur promosi kesehatan WHO.
"Di beberapa negara di mana itu tidak diatur, Anda menemukan produk tembakau dekat dengan permen di supermarket," katanya dalam konferensi pers virtual.
Baca Juga: Turis Jepang Pungut Ribuan Puntung Rokok, Warga Lokal Malu
"Mereka menargetkan anak-anak dan remaja ini. 90 persen dari semua perokok mulai sebelum 18, dan itu disengaja: itu bukan kesalahan. Apa yang mereka lakukan itu mematikan," lanjutnya.
1. Mengganti pengguna yang mati
Vinayak Prasad, koordinator Unit Tembakau WHO, mengatakan industri rokok menghabiskan hingga USD 1 juta per jam untuk pemasaran.
"Mereka melakukannya untuk mencari pengguna pengganti: delapan juta kematian prematur setiap tahun," katanya.
Data dari 39 negara menunjukkan bahwa sekitar sembilan persen anak-anak berusia 13 hingga 15 sekarang menggunakan rokok elektrik, sementara peningkatan besar dalam penggunaannya telah disaksikan di Amerika Serikat, kata WHO.
Adapun klaim bahwa rokok elektrik lebih aman, Krech mengatakan bahwa semua produk tembakau sama berbahayanya.
Baca Juga: Tidak Lebih Baik dari Rokok, Vape Juga Memiliki Risiko Tinggi Bagi Mulut!
Adriana Blanco Marquizo, yang mengepalai Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau, menambahkan, "Merokok sebatang rokok sangat berbahaya, sangat sulit untuk menemukan sesuatu yang lebih berbahaya."
Dokter mengatakan bahwa prevalensi merokok menurun tetapi juga, jumlah absolut perokok menurun untuk pertama kalinya, meskipun populasi global meningkat.
2. Logo pada masker wajah
Krech mengatakan bahwa selama lockdown karena Covid-19, telah terjadi "serapan besar" dari orang-orang yang mencoba berhenti merokok. Namun industri rokok merespons cepat.
Selama krisis Covid-19, beberapa perusahaan tembakau telah memasang logo mereka di masker wajah yang dbagikan gratis.
Bahkan, industri rokok membuka jasa pengiriman ke rumah selama karantina di beberapa negara.
WHO pada hari Jumat meluncurkan toolkit ruang kelas yang bertujuan anak-anak berusia 13-17 untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana industri tembakau mencoba "memanipulasi mereka untuk menggunakan produk yang mematikan".
Ia juga meminta platform media sosial untuk melarang pemasaran produk-produk tembakau.
Blanco Marquizo mengatakan bahwa remaja dapat diberdayakan untuk melindungi diri mereka sendiri, ketika mereka memahami niat industri yang benar-benar ingin remaja ketagihan merokok hanya untuk keuntungan pribadi.