Ahli Prediksi Krisis Pandemi Corona Jadi Kemunduran untuk Perempuan

Jum'at, 29 Mei 2020 | 16:11 WIB
Ahli Prediksi Krisis Pandemi Corona Jadi Kemunduran untuk Perempuan
massa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Perempuan Anti-Kekerasan (GERAK Perempuan) menggunakan kostum Batman saat melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Bawaslu, Jakarta, Minggu (8/3) [Suara.com/Angga Budhiyanto], sebagai ilustrasi.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Ilustrasi kekerasan seksual, pelecehan seksual - (Suara.com/Ema Rohimah)
Ilustrasi kekerasan seksual, pelecehan seksual - (Suara.com/Ema Rohimah)

Diskriminasi kehamilan

Beberapa petugas kesehatan yang hamil mengatakan mereka telah dipaksa bekerja selama krisis, sementara yang lain mengeluh telah di-PHK.

Joeli Brearley, pendiri Pregnant Then Screwed takut kenaikan diskriminasi yang mengakibatkan 54.000 perempuan per tahun kehilangan pekerjaan.

“Di masa krisis, pengusaha cenderung kembali ke cara kerja konvensional. Kehamilan dianggap sebagai beban, sementara ibu dianggap kurang berkomitmen,” kata Breaarley.

Baca Juga: Resmi! Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior Diundur ke Januari 2021

"Kami melihat erosi terang-terangan hak-hak kerja untuk perempuan hamil selama krisis ini dan itu akan menjadi jauh lebih buruk," tambahnya.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan

Laporan menunjukkan bahwa lockdown di seluruh dunia telah menghasilkan peningkatan besar dalam kekerasan terhadap perempuan.

Refuge yang menjalankan saluran bantuan penyalahgunaan rumah tangga nasional di Inggris telah mengalami peningkatan 10 kali lipat dalam kunjungan ke situs webnya saat pandemi.

Dua pertiga dari orang yang selamat dari kekerasan menanggapi survei Bantuan Perempuan pada bulan April. Mereka mengatakan bahwa kekerasan telah meningkat di bawah lockdown.

Baca Juga: 20 Tahun Lalu Pria Ini Diramalkan Tawaf Sendirian, Jadi Nyata saat Corona

Politik

Ketua Konservatif Komite Pemilihan Perempuan dan Kesetaraan Inggis, Caroline Nokes menyatakan bahwa ada ketimpangan kehadiran politisi perempuan dalam mengatasi kritis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI