Ahli Prediksi Krisis Pandemi Corona Jadi Kemunduran untuk Perempuan

Jum'at, 29 Mei 2020 | 16:11 WIB
Ahli Prediksi Krisis Pandemi Corona Jadi Kemunduran untuk Perempuan
massa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Perempuan Anti-Kekerasan (GERAK Perempuan) menggunakan kostum Batman saat melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Bawaslu, Jakarta, Minggu (8/3) [Suara.com/Angga Budhiyanto], sebagai ilustrasi.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Krisis pandemi virus corona memiliki dampak buruk pada kesetaraan gender. Dampak buruk tersebut bahkan bisa memundurkan kemajuan perempuan kembali ke kondisi berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Dilansir dari The Guardian, dalam seminggu selama pandemi terungkap bahwa perempuan menanggung beban tambahan pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga. Selain itu perempuan juga kehilangan pekerjaan dalam jumlah yang lebih besar daripada laki-laki.

"Dalam pandangan saya, kesetaraan di tempat kerja perempuan akan mundur selama beberapa dekade oleh krisis ini kecuali pemerintah campur tangan untuk mencegahnya," kata Sam Smethers, kepala eksekutif Masyarakat Fawcett.

“Kami melihat prospek tempat kerja dua tingkat di mana pria akan tetap bekerja sedangkan perempuan akan dikembalikan ke rumah. Butuh waktu 20 tahun bagi kami untuk mencapai sejauh ini pada partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, tetapi hanya butuh beberapa bulan untuk merusaknya," tambahnya.

Baca Juga: Resmi! Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior Diundur ke Januari 2021

Berikut beberapa aspek yang paling dikhawatirkan para ahli mengenai dampak pandemi pada perempuan.

Kerja

Institute for Fiscal Studies dan UCL Institute of Education menemukan bahwa selama krisis ibu memiliki kemungkinan 47 persen lebih besar kehilangan pekerjaan atau berhenti secara permanen.

Dua sektor yang diperkirakan paling terpukul di dunia pasca Covid-19 adalah perhotelan dan ritel yang keduanya mempekerjakan sejumlah besar pekerja perempuan.

"Perempuan memulai krisis ini dari posisi yang tidak menguntungkan secara ekonomi," kata Dr. Sara Reis, kepala penelitian dan kebijakan di Kelompok Wanita Wanita Inggris.

Baca Juga: 20 Tahun Lalu Pria Ini Diramalkan Tawaf Sendirian, Jadi Nyata saat Corona

“Kami khawatir dampak pada pendapatan perempuan dan prospek pekerjaan akan memperluas kesenjangan jender yang ada, tidak terkecuali kesenjangan upah,” tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI