Universitas Jerman Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin Bagi Pasien Covid-19

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 29 Mei 2020 | 11:47 WIB
Universitas Jerman Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin Bagi Pasien Covid-19
Ilustrasi hidroksiklorokuin (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Universitas Jerman Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin Bagi Pasien Covid-19

Universitas di Jerman menghentikan riset klinis yang menggunakan obat anti-malaria hydroxychloroquine atau hidroksiklorokuin untuk pasien Covid-19, lapor Spiegel Online pada Kamis (28/5).

Hal itu dilakukan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini memutuskan untuk menghentikan sebuah uji coba besar terkait masalah keamanan.

"Kini kami mungkin menghentikan riset selama dua pekan," kata Peter Kremsner, Direktur Medis Tuebingen University Hospital kepada Spiegel, yang melaporkan keputusan itu pada Kamis sore, (28/5/2020).

Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Ungkap Alasan Tak Salat Id di Rumah Raffi Ahmad

Selanjutnya akan dilakukan evaluasi apakah riset tersebut akan dilanjutkan, menurut Spiegel.

Hydroxychloroquine digembar-gemborkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pejabat lainnya sebagai pengobatan potensial untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Trump mengaku mengonsumsi obat tersebut untuk membantu mencegah infeksi.

Namun sejumlah negara Eropa pada Rabu mulai menghentikan penggunaan obat anti-malaria untuk mengobati pasien Covid-19, dan sebuah uji coba global kedua ditunda.

Kremsner mengatakan kepada Spiegel bahwa ia tidak memiliki indikasi efek samping yang mungkin berhubungan dengan hydroxychloroquine, mengatakan ia yakin obat tersebut mungkin dalam beberapa kasus digunakan pada pasien, di mana risiko efek sampingnya sangat tinggi.

"Saya yakin bahwa kami dapat melanjutkan uji coba," katanya seperti dikutip Suara.com dari Antara.

Baca Juga: Gebuk Warga Tak Bermasker Pakai Rotan, 8 Polisi di Polda Maluku Ditangkap!

Tak ada pihak di rumah sakit universitas yang bersedia berkomentar kepada Reuters.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI