Suara.com - Lee Dong Gun Cerai Punya Seorang Putri, Ini 4 Dampak Perceraian Pada Anak
Dunia selebriti Korea Selatan selalu menarik perhatian masyarakat Indonesia.
Salah satu yang terbaru ialah kabar perceraian aktor Lee Dong Gun dan Jo Yoon Hee yang cukup mengagetkan.
Bahkan nama Lee Dong Gun menjadi trending topik kedua Google Trends.
Baca Juga: Polisi Ungkap Kasus Hoaks Video Syur Syahrini, Mutia Ayu Disinggung Agama
Lee Dong Gun dan Jo Yoon Hee disebut-sebut bercerai karena adanya perbedaan pendapat.
Padahal setelah menikah 3 tahun, keduanya telah dikaruniai seorang putri bernama Lee Roa.
Perceraian memang bukan hal yang baik, secara psikologis dampaknya akan berimbas pada anak.
Mengutip Hello Sehat, Kamis (28/5/2020) ada beberapa dampak perceraian dan menjadi anak korban broken home, seperti sebagai berikut:
1. Masalah Emosional
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Campuran Air Garam Bisa Hilangkan Virus Corona?
Perceraian orangtua tentu menyisakan luka yang mendalam pada anak. Apalagi jika anak sudah memasuki usia sekolah atau bahkan remaja.
Emosinya yang masih labil dan meluap-luap membuat anak-anak broken home cenderung sulit untuk mengontrol emosi mereka sendiri.
Anak broken home usia sekolah dan remaja mungkin akan secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka dengan cara berbuat anarkis, seperti sering berteriak-teriak, berbuat kasar, dan lain sebagainya.
Tak hanya itu saja, anak-anak juga lebih rentan mengalami stres dan depresi, yang merupakan keadaan emosional jangka panjang.
2. Masalah Pendidikan
Hal lain yang sangat mungkin dialami anak yang broken home adalah menurunnya prestasi akademik di seklah.
Jika ditelisik lagi, masalah stres secara emosional saja sudah dapat menghambat kemajuan akademis anak di sekolah, apalagi perubahan gaya hidup dan suasana keluarga yang tidak harmonis.
Hal ini pada akhirnya dapat berkontribusi pada hasil pendidikan anak yang buruk.
Berbagai masalah akademik ini dapat berasal dari sejumlah faktor, termasuk lingkungan rumah yang tidak kondusif, sumber daya keuangan yang tidak memadai, dan rutinitas yang tidak konsisten.
Alhasil, anak jadi malas belajar, sering bolos, atau membuat keributan di sekolah.