Suara.com - Bisakah Vaksin Influenza dan Pneumokokus Cegah Covid-19 Anak Makin Buruk?
Anak-anak disarankan diberikan vaksin influenza dan vaksin pneumokokus.
Kedua vaksin itu untuk mencegah anak terkena penyakit infeksi pada saluran pernapasan.
"Penyakit influenza juga bisa menyebabkan penyakit serius yang menyerang sistem pernapasan. Bisa menyebabkan demam tinggi dan sesak," kata Dokter spesialis anak dr. Caessar Pronocitro Sp.A, M.Sc dalam siaran langsung bersama Instagram Orami Parenting, Kamis (28/5/2020).
Baca Juga: Kemenristek Inginkan SINTA ke Pentas Dunia, Apa Itu?
Ia melanjutkan, pneumokokus juga bisa menyebabkan pneumonia atau radang paru-paru. Hal itu menurutnya juga berbahaya bagi anak-anak
Caessar menjelaskan bahwa kedua vaksin itu bisa menghindari anak mengalami kondisi buruk jika terinfeksi virus corona. Karena, anak-anak yang positif Covid-19 bisa saja terinfeksi lebih dari satu virus.
"Misalnya sudah kena covid lalu kena bakteri pneumokokus, Kalau belum di vaksin tentu kondisinya akan berat," ucapnya.
Walau begitu, ia menegaskan bahwa kedua vaksin tersebut bukan untuk pencegahan Covid-19.
"Kalau vaksin spesifik untuk masing-masing penyakit. Kalau untuk corona memang belum ada vaksinnya. Sehingga kita belum bisa cegah infeksinnya dengan vaksin," ucapnya.
Baca Juga: Ratusan Orang Kabur Pusat Karantina Covid-19 di Zimbabwe dan Malawi
Sebagai informasi, hingga kini peneliti masih terus mencari dan mengembangkan vaksin untuk virus corona atau Covid-19.
Kabar terakhir, hasi uji coba vaksin Covid-19 potensial pada manusia di fase pertama telah menampilkan hasil positif.
Vaksin tersebut dinyatakan aman untuk para relawan dan terbukti mampu menghasilkan antibodi. Penelitian tersebut di terbitkan pada The Lancet.
Melansir dari Medicalxpress, uji coba pada 108 orang dewasa sehat menunjukkan hasil yang menjanjikan setelah 28 hari yang akan dievaluasi dalam enam bulan.
Percobaan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah respon imun yang ditimbulkannya secara efektif melindungi terhadap infeksi SARS-CoV-2 atau virus corona baru.