Suara.com - Perasaan takut, khawatir, dan stres menjadi reaksi psikologis yang terjadi di tengah pandemi Covid-19. Namun reaksi itu dianggap normal karena perubahan yang terjadi dalam kehidupan memberikan stresor tambahan terhadap kondisi jiwa seseorang.
Reaksi negatif itu, jika terjadi berulang dan dalam jangka waktu lama, bisa berujung hingga depresi. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) mencatat ada 1.522 orang mengalami gangguan kesehatan mental atau depresi akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Data itu didapat dari ribuan orang yang melakukan pemeriksaan ke psikiater.
Psikiater dari PDSKJI dr. Lahargo Kembaren menjelaskan bahwa depresi merupakan perasaan sedih yang mendalam disertai dengan hilangnya semangat dan motivasi.
"(Depresi menyebabkan) badan jadi mudah lelah atau tidak bertenaga, perubahan pada pola tidur dan pola makan, sulit konsentrasi atau tidak fokus, dan ada keinginan untuk bunuh diri," kata Lahargo dalam pesan tertulisnya, Kamis (28/5/2020).
Baca Juga: Kesepian Karena Nggak Mudik, Bisa Picu Gangguan Jiwa?
Depresi bukan satu-satunya gangguan jiwa yang bisa dialami. Menurut Lahargo, gangguan jiwa merupakan penyakit medis yang terjadi akibat gangguan di dalam saraf otak. Apabila dideteksi dengan lebih cepat, maka gangguan jiwa akan lebih mudah diterapi dan diobati.
"Gangguan jiwa ada di mana-mana dan bisa mengenai siapa saja tanpa memandang latar belakang dan status ekonomi serta pendidikannya. Gangguan jiwa terjadi melalui suatu proses yang terjadi beberapa waktu sebelumnya, bisa cepat, bisa juga lebih lambat," katanya.
Ada banyak faktor penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa. Salah satunya faktor genetik, riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan, penggunaan narkoba atau napza, sampai riwayat trauma beban psikologis yang berat seperti masalah yang sulit diselesaikan, kemarahan yang terpendam, kesedihan yang mendalam, kehilangan, kekecewaan, juga situasi yang harus dialami saat wabah ini.
"Semuanya itu membuat keseimbangan zat kimia di otak menjadi berubah dan tidak stabil. Inilah yang memunculkan adanya perubahan pada cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku," tuturnya.
Lahargo menyampaikan, selain depresi, jenis gangguan jiwa yang bisa terjadi di antaranya:
Baca Juga: Pandemi Corona, Psikiater Layani Pasien Gangguan Jiwa Lewat Telepsikiatri
1. Cemas
Perasaan cemas bisa menyebabkan perubahan pada tubuh seperti napas cepat dan pendek, jantung berdebar, keringat dingin, nyeri atau tidak nyaman di perut, pusing, dan pandangan kabur.
2. Demensia atau kepikunan pada orang tua
Demensia ditandai dengan hilangnya daya ingat, perubahan kepribadian, perubahan perilaku menjadi mudah marah, mudah sedih, perilaku tidak wajar seperti bicara dan tertawa sendiri, pergi sendiri, hingga sulit belajar hal-hal yang baru.
3. Psikotik/skizofrenia
Gangguan penilaian realitas ditandai dengan adanya halusinasi seperti mendengar suara-suara bisikan, melihat bayangan-bayangan, merasa di badan seperti ada yang menyentuh atau meraba, seperti mencium bau-bauan yang tidak ada sumbernya.
Bicara tidak nyambung, adanya waham yaitu keyakinan yang salah, seperti merasa dibicarakan orang lain, seperti merasa ada yang ingin berbuat tidak baik, merasa sebagai orang yang berbeda, seringkali disertai dengan perilaku agresif yang berbahaya seperti marah, merusak, dan melukai orang lain.
4. Bipolar
Ini adalah gangguan perasaan, orang dengan bipolar mengalami perubahan perasaan dari senang ke sedih yang berlebihan. Saat senang merasa memiliki banyak energi, tidak tidur-tidur, mengerjakan banyak hal, ada perilaku berisiko, hasrat seksual meningkat, belanja berlebihan, membagikan barang tidak wajar, bicara cepat dan loncat dari satu topik lainnya. Pada lain kesempatan muncul gangguan depresi.
5. Gangguan kepribadian
Suatu gangguan yang sudah mendalam ditandai dengan kepribadian yang tidak fleksibel dan kaku sehingga tidak bisa beradaptasi dengan baik dengan lingkungan.
Gangguan kepribadian ada berbagai macam. Di antaranya, paranoid (gampang curiga), skizoid (dingin, tidak senang bersosialisasi), skizotipal (perilaku aneh), histrionik (ekspresif, ingin jadi pusat perhatian), narsisistik (ingin selalu diutamakan dan jadi nomor satu), ambang (emosi tidak stabil, mudah meledak-ledak), antisosial (tidak mempedulikan perasaan orang lain dan norma yang berlaku, banyak melanggar aturan), cemas menghindar (selalu menghindari berbagai tugas dan enggan mengambil suatu tanggung jawab), dan dependen (selalu bergantung pada