Suara.com - Beberapa platform media sosial seperti Facebook dan Twitter telah menindak informasi palsu tentang pandemi virus corona, orang-orang mulai beralih ke TikTok untuk menyebarkan berita bohong dan teori konspirasi.
Penyebaran informasi palsu tentang pandemi ini disebut Plandemic, sebuah video gaya dokumenter berisi konspirasi yang telah lama dibantah.
Berdasarkan data yang dikumpulkan First Draft, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk pengecekan fakta di seluruh dunia, menunjukkan tayangan dari unggahan video dengan tagar 'plandemic' (#plandemic) telah melonjak di TikTok, sempat mencapai puncak pada 12 Mei dengan 62 video baru.
"Itu akan selalu terjadi. Begitu berita-berita itu ditindak di satu tempat, mereka pindah ke platform lain," jelas Laura Garcia, manajer pelatihan dan dukungan di First Draft, dikutip Buzzfeed News.
Baca Juga: Lebaran di Rumah Aja, Viral Video Keluarga Ikuti Challenge Mirror TikTok
Analisis awalnya menghapus 326 video TikTok dengan tagar plandemic dan menemukan video seperti itu menghasilkan 537.168 interaksi. Dari jumlah tersebut, hanya 10 video yang memiliki 210.433 interaksi, menunjukkan seberapa luas jangkauan video kecil di plastform tersebut.
Garcia menjelaskan perbedaan media sosial lain dengan TikTok adalah bagaimana platform memberi 'asupan' konten terhadap penggunanya.
Di Twitter dan Facebook, seseorang akan mendapat konten berdasarkan yang mereka ikuti. Tetapi di TikTok, halaman For You menyajikan video dari akun yang tidak pengguna ikuti tetapi alogaritmenya memperkirakan pengguna tersebut akan tertarik.
Artinya, jika seseorang melihat satu video konspirasi, kemungkinan TikTok akan menyajikannya dengan lebih banyak.
First Draft juga menemukan video lain sering menggunakan tagar yang terkait teori konspirasi lainnya, seperti #Agenda21, #Qanon, dan #DeepState. Tagar #Agenda21 adalah teori konspirasi berkaitan dengan PBB dan gagasan pemerintahan dunia totaliter.
Baca Juga: Hadirkan iKON, TikTok Luncurkan Konser K-POP Live
"Jelas bahwa apa yang kuat dari TikTok adalah Anda mungkin memiliki unggahan yang sangat sedikit, tetapi jumlah total interaksi berdasarkan video itu cukup tinggi," ujar Rory Smith, peneliti First Draft.