Survei: 17 Juta Orang Indonesia Alami Gangguan Tiroid

Risna Halidi Suara.Com
Kamis, 28 Mei 2020 | 07:05 WIB
Survei: 17 Juta Orang Indonesia Alami Gangguan Tiroid
Tiroid. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Survei: 17 Juta Orang Indonesia Alami Gangguan Tiroid

Sedikitnya 17 juta orang Indonesia mengalami gangguan tiroid dan hampir 60% dari mereka, saat ini hidup dengan gangguan tiroid yang tidak terdiagnosis.

Angka tersebut didapat dari hasil survei yang dilakukan oleh perusahaan sains dan teknologi, Merck dan dirilis dalam rangka peringatan Pekan Kesadaran Tiroid International (Thyroid Awareness Week (ITAW)) ke-12 pada 25 – 31 Mei ini.

Sebelumnya diketahui bahwa satu dari delapan perempuan mengalami gangguan tiroid seumur hidupnya. Namun, hasil dari survei ini menunjukkan hanya 14% responden paham bahwa gangguan tiroid yang tidak terdiagnosis dapat menyebabkan gangguan kesuburan,dan 42% tidak mengetahui bahwa hipotiroid (tiroid yang kurang aktif) pada saat kehamilan dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu dan bayi.

Mengomentari hasil survei, Ashok Bhaseen, Presiden Thyroid Federation International dan Denise Roguz, Co-founder ThyroidChange, sepakat bahwa survei yang dilakukan untuk edukasi lebih baik mengenai dampak dari gangguan tiroid yang tidak diobati terhadap kesuburan serta kesehatan ibu dan bayi.

Baca Juga: Akan Dipolisikan karena Dituding Sebar Hoaks, KHM Dukung Farid Gaban

"Gangguan tiroid tidak hanya memengaruhi kehamilan. Ibu hamil dengan riwayat gangguan tiroid bisa mengalami komplikasi dan bayi dapat terlahir tanpa kelenjar tiroid yang berfungsi dengan baik," kata Ashok Bhaseen.

Senada dengan Ashok, Denise Roguz juga menambahkan semakin banyak perempuan yang mendapatkan skrining kadar hormon tiroid secara lengkap, maka semakin banyak dokter yang paham nilai kadar hormon tiroid yang optimal selama kehamilan.

"Hal ini untuk memastikan kesehatan sebelum, selama dan setelah kehamilan sehingga mereka tidak akan menderita selama masa penting kehidupan tersebut," tambah Denise.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa 42 persen responden paham bahwa sangat penting untuk memeriksa kadar hormon tiroid selama masa kehamilan dan hanya 25 persen responden yang paham bahwa Ibu yang sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan tiroid dapat mengalami gangguan tiroid dalam satu tahun setelah melahirkan atau sebuah kondisi yang disebut dengan tiroiditis pasca melahirkan.

Selain itu, 35 persen responden paham bahwa bayi baru lahir (kurang dari satu bulan) harus diperiksakan apakah mengalami hipotiroid kongenital (tiroid kurang aktif yang muncul akibat bawaan lahir), seandainya ternyata bayi lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak berkembang dan membutuhkan pengobatan.

Baca Juga: Fitness di Rumah saat Pandemi, Industri Kebugaran di AS Hadapi Era Disrupsi

"Merck bangga dapat bermitra dengan Thyroid Federation International dan ThyroidChange untuk meningkatkan kesadaran akan dampak gangguan tiroid yang tidak diobati terhadap kesehatan para ibu dan bayi. Kami percaya dengan akses terhadap informasi yang tepat, masyarakat dapat mengenali gejala-gejala gangguan tiroid dan tahu kapan harus memeriksakan diri ke dokter serta melakukan tes darah sederhana untuk memeriksa fungsi kelenjar tiroid mereka," ungkap Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI