Beberapa hormon terlibat dalam mempengaruhi respons otak, seperti testosteron (hormon utama pria).
Mekanisme yang sama ini dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, dalam aksi refleks yang tidak terkontrol yang ada di sumsum tulang belakang.
Ini menjelaskan mengapa orang dengan kerusakan sumsum tulang belakang masih bisa mendapatkan ereksi dan mengapa Anda bisa mendapatkan ereksi saat tidak terangsang secara seksual.
Lantas bagaimana jika seorang pria tidak mengalaminya?
Baca Juga: Jarang yang Tahu, Ini Cara Bernapas yang Benar Agar Paru-paru Lebih Sehat
Hilangnya ereksi nokturnal dapat menjadi penanda penyakit umum yang mempengaruhi fungsi ereksi.
Salah satu contoh adalah pada penderita diabetes. Kurangnya ereksi pagi hari dapat dikaitkan dengan disfungsi ereksi karena saraf yang buruk atau pasokan darah ke penis.
Dalam hal ini, ada respons buruk terhadap pesan yang dikirim dari otak selama tidur yang menghasilkan ereksi malam hari.
Diperkirakan ereksi nokturnal dapat digunakan sebagai penanda kemampuan anatomi untuk mendapatkan ereksi, karena dianggap independen dari faktor psikologis yang memengaruhi ereksi saat bangun.
Studi menunjukkan, bahwa gangguan kesehatan mental seperti depresi berat dapat mempengaruhi ereksi malam hari.
Baca Juga: Update Kasus Covid-19 RI 27 Mei: 23.851 Pasien Positif, 6.057 Sembuh
Dengan demikian ketidakhadirannya tidak selalu menjadi penanda penyakit atau tingkat testosteron rendah.