Jika infeksi hanya memengaruhi sebagian kecil orang yang diuji, bahkan margin kesalahan yang sangat kecil dalam tes akan membesar.
Jika hanya ada 5% dari populasi yang diuji memiliki virus corona, tes dengan akurasi lebih dari 90% masih bisa tidak mendeteksi setengah dari kasus.
Hasil positif palsu akan membuat seseorang percaya bahwa mereka telah terinfeksi padahal sebenarnya belum terinfeksi.
Ada sedikit bukti bahwa orang yang sudah pernah terinfeksi akan memiliki kekebalan terhadap infeksi kemudian hari, tetapi dokter khawatir orang-orang akan berperilaku seolah-olah mereka kebal dari Covid-19 jika mereka mendapatkan tes antibodi positif.
Baca Juga: Alhamdulillah, Pemerintah Klaim Kapasitas Tes Covid-19 di Indonesia Naik