Pasien Covid-19 Bisa Mengalami Masalah Mental hingga Menahun

Rabu, 27 Mei 2020 | 20:30 WIB
Pasien Covid-19 Bisa Mengalami Masalah Mental hingga Menahun
ilustrasi pasien virus corona. [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasien Covid-19 bisa mengalami perubahan sikap dan mental tertentu. Hal tersebut telah diperingatkan oleh direktur senior NHS, Profesor Tim Kendall.

Dilansir dari Independent, para ahli mengungkapkan virus corona dapat menginfeksi otak dan menyebabkan kondisi kejiwaan yang berlangsung lebih dari satu dekade.

Profesor Tim Kendall, direktur klinis nasional NHS Inggris untuk kesehatan mental, mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa anak-anak mengalami dampak keras dari wabah virus corona.

Profesor Ed Bullmore, seorang ahli saraf di Universitas Cambridge, mengatakan ada cukup bukti untuk menggambarkan virus Sars-CoV-2 sebagai penyebab penyakit neurotoksik dan mengatakan ada kemungkinan efek kejiwaan dapat bertahan lebih dari satu dekade.

Baca Juga: Tiba di Terminal Pulo Gebang Tak Punya SIKM, 2 Warga Surabaya Dikarantina

Dia mengatakan penelitian telah menunjukkan bahwa sejumlah pasien Covid-19 mengalami semacam kondisi mental yang berubah.

"Ini termasuk kasus gangguan mood psikosis dan gangguan kognitif," kaya Bullmore.

"Kami tidak tahu pasti penyebab neurotoksisitas itu. Bisa jadi virus itu menginfeksi otak, bisa jadi respon imun terhadap virus merusak otak, atau bisa juga suplai darah ke otak. Semua mekanisme itu tampak masuk akal saat ini," tambahnya.

Ilustrasi pasien covid-19 mengalami koma. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien covid-19 mengalami koma. (Shutterstock)

Dia mengatakan data dari infeksi coronavirus Sars dan Mers sebelumnya menunjukkan potensi kerusakan jangka panjang.

"Ketika Anda melihat jenis sekuel psikiatrik jangka panjang dari epidemi tersebut, itu cukup parah," kata Kendall.

Baca Juga: Henderson: Sangat Aneh jika Liverpool Angkat Trofi Liga Inggris Tanpa Fans

"Hingga 12 tahun masa tindak lanjut setelah penyakit akut. Mereka menemukan frekuensi gangguan stres pasca-trauma yang cukup tinggi, depresi, kecemasan, insomnia dan gangguan kognitif ringan," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI