Alih-alih mengatasi masalah mental dengan gejala-gejala mereka, Hagen dan Syme mengusulkan mendekati penyakit mental dengan kemungkinan penyebabnya.
Mereka mengakui bahwa beberapa gangguan kejiwaan seperti skizofrenia cenderung bersifat genetik dan sering diwariskan dan yang lain seperti Alzheimer tampak terkait dengan penuaan.
Namun, para antropolog berpendapat bahwa beberapa kondisi mungkin merupakan ketidakcocokan antara lingkungan modern dan leluhur seperti gangguan attention-deficit atau hyperactivity yang juga dikenal sebagai ADHD.
Gangguan lain seperti depresi, kegelisahan dan PTSD bukan keturunan, terjadi pada usia berapapun dan sering dikaitkan dengan pengalaman yang mengancam.
Baca Juga: Yusuf Mansur Ungkap Penyebab Muncul Hoaks Mamah Dedeh Meninggal
Hagen dan Syme mengusulkan bahwa gangguan itu mungkin merupakan respons terhadap kesulitan dan berfungsi sebagai sinyal, seperti halnya rasa sakit fisik, untuk membuat orang sadar akan perlunya bantuan.
Kondisi-kondisi ini juga memengaruhi orang-orang di negara-negara berkembang secara tidak proporsional. Sebagai contoh, 1 dari 5 orang di negara-negara yang terkena dampak konflik menderita depresi.
"Sebagai antropolog, kita harus mempelajari ini lebih banyak karena beban kesehatan mental dalam populasi yang sering kita pelajari cukup tinggi," kata Hagen.