Kurang Tidur Ternyata Bisa Memicu Asma, Ini Bukti Ilmiahnya

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 25 Mei 2020 | 16:00 WIB
Kurang Tidur Ternyata Bisa Memicu Asma, Ini Bukti Ilmiahnya
Ilustrasi pengidap asma. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernahkah Anda merasa terengah-engah di malam hari? Bisa jadi itu karena tubuh kurang tidur.

Seringkali kita meremehkan kebutuhan akan tidur yang cukup. Bahkan studi dalam jurnal Annals of Allergy, Asthma and Immunology menyebut bahwa risiko asma dipengaruhi oleh pola tidur.

"Studi kami menunjukkan bahwa orang dewasa dengan asma sama-sama dipengaruhi oleh terlalu sedikit (atau kadang-kadang terlalu banyak) tidur," kata ketua penulis studi Faith Luyster dari University of Pittsburgh di AS.

Ilustrasi penderita asma. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi penderita asma. (Sumber: Shutterstock)

Menurut penelitian ini, semakin sedikit waktu tidur semakin membuat diri rentan terhadap asma. Sementara itu, sebagian besar dari kita mungkin hanya tidur empat hingga lima jam di malam hari.

Baca Juga: Niat Bikin Putri Salju, Penampakan Kue Ini Malah Jadi Dark Mode

Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Yale di AS mengatakan bahwa tidur selama tujuh hingga delapan jam adalah suatu keharusan jika Anda ingin menjaga kesehatan Anda, terutama kesehatan jantung.

Penelitian ini juga bahkan menyoroti bahwa tidur yang buruk dapat menurunkan kualitas hidup Anda dan memiliki dampak besar pada kesehatan mental dan fisik Anda.

Para peneliti utama penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang yang tidur lebih sedikit berisiko lebih besar terkena serangan asma dan batuk kering sampai-sampai perlu dirawat di rumah sakit.

"Studi ini menambahkan bukti kuat pada praktik pasien asma yang membahas masalah tidur dengan ahli alergi mereka untuk membantu menentukan apakah mereka perlu mengubah pengobatan asma mereka untuk mencapai tidur yang cukup sebagai komponen manajemen asma yang baik secara keseluruhan," kata Gailen D Marshall, editor- in-chief of Annals Journal.

Baca Juga: Hati-hati, Bicara dengan Suara Keras Lebih Berisiko Sebarkan Virus Corona!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI