Suara.com - Makin Gawat, 22 Ribu Orang Meninggal karena Virus Corona di Brasil
Pandemi virus Corona Covid-19 di Brasil masih mengalami peningkatan jumlah kasus dan korban meninggal secara signifikan.
Data dari Worldmeters.info menyebutkan Brasil saat ini melewati Rusia dan menempati urutan kedua jumlah kasus terbanyak di dunia, di bawah Amerika Serikat.
Todal ada 365.213 kasus virus Corona, dengan kematian mencapai 22.746.
Baca Juga: Catat 965 Kematian Dalam Sehari, Brasil Jadi Pusat Baru Wabah Corona
Sudah 149.911 orang dinyatakan sembuh. Namun, kasus aktif masih berada di angka 192.556 dengan pasien dalam kondisi kritis sebanyak 8.318.
Dilansir Antara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Brasil sebagai episentrum terbaru pandemi virus Corona global.
Angka pasien positif corona kemungkinan jauh lebih besar dari data resmi, mengingat Brasil tidak melakukan tes COVID-19 secara luas, kata pihak kementerian.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi tekanan publik terkait kebijakannya menanggulangi pandemi, yang tampaknya telah melumpuhkan perekonomian dan mengancam peluang dirinya terpilih kembali saat pemilihan umum.
Laman DW Indonesia menyebut berdasarkan data Kementerian Kesehatan Brasil, 69 persen kasus kematian di Brasil berasal dari pasien berusia 60 tahun ke atas. Hal ini jauh berbeda dengan Spanyol dan Italia yang mencatat statistik hingga 95 persen.
Baca Juga: Innalillahi, Dalam 12 Hari Kematian Covid-19 di Brasil Tembus 20.000
Perbedaan ini sebagian didorong oleh usia populasi secara keseluruhan: Hanya 13,6 persen populasi Brasil berusia 60 tahun atau lebih, dibandingkan dengan 25 persen di Spanyol dan 28 persen di Italia.
"Karena Brasil memiliki populasi yang lebih muda, itu normal untuk jumlah kasus menjadi lebih tinggi di bawah 60-an. Tapi itu juga karena kaum muda mengabaikan anjuran tetap di rumah," ujar Mauro Sanchez, seorang pakar epidemiologi dari Universitas Brasilia.
Tetapi data demografi saja tidak bisa dijadikan kesimpulan akhir.
"Kaum muda tidak merespons virus secara berbeda. Itu karena mereka lebih terekspos," papar Sanchez kepada kantor berita AFP.