Suara.com - Penyanyi internasional Katy Perry mengaku telah mengalami depresi sekitar tahun 2017 dan 2018. Hal tersebut ia nyatakan pada wawancara bersama Vogue India.
"Saya menjadi depresi dan saya tidak ingin bangun dari tempat tidur. Sebelumnya saya bisa mengatasinya, tetapi kali ini yang terjadi membuatku jatuh terlalu dalam," kata Katy.
"Aku harus benar-benar melakukan berbagi perawatan kesehatan mental," tambahya.
Dilansir dari Express, Katy sebelumnya telah terbuka tentang perjuangannya pada kecanduan dan rasa ingin bunuh diri.
Baca Juga: Pengantar Jenazah Buat Nisan: Indonesia bin Terserah, Kami Tunggu di TPU
Sepanjang wawancara, Katy mengungkapkan beberapa intervensi yang dia lakukan dengan harapan bisa mengatasi masalah depresinya. Ia melakukan terapi suasana hati dan pola pikir potensial yang mungkin memicu bunuh diri.
Depresi diklasifikasikan sebagai gangguan mood yang dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, kehilangan, atau kemarahan yang mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang.
Depresi dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari seseorang yang mengakibatkan hilangnya waktu dan produktivitas. Kondisi tersebut juga mempengaruhi hubungan dan kondisi kesehatan kronis.
Depresi bisa lebih dari sekadar keadaan kesedihan yang konstan di mana bisa menimbulkan gejala berbeda-beda.
Depresi dapat memengaruhi suasana hati dan ada juga yang memengaruhi kondisi fisik.
Baca Juga: Ada 35 Kasus Positif Covid-19 di Gunungkidul, Terbanyak Klaster Gadungsari
Gejala juga mungkin berlangsung terus menerus, namun bisa juga datang dan pergi. Gejala-gejala depresi dapat dialami secara berbeda di antara pria, wanita, dan anak-anak.
Bagi Katy Perry, setelah mencari bantuan melalui terapi, meditasi, dan yoga, dia dapat menemukan kejelasan dan pengertian untuk depresi yang dialaminya.
Meskipun perjuangannya konstan, dia telah belajar untuk mengatasi masalah kesehatan mentalnya. Katy Perry pun menganjurkan orang-orang untuk menjaga kesehatan mental dan tubuh secara secara bersamaan karena keduanya sama-sama penting.