Suara.com - Cegah Anak dan Ibu Hamil Kurang Gizi Saat Pandemi, Ini Rekomendasi PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan kelompok kerja ketahanan pangan dan gizi bersama FAO, IFAD, UNFPA, WFP, WHO dan UNICEF, mengkhawatirkan dampak pandemi virus corona atau Covid-19 kepada mereka keluarga miskin dan rentan.
PBB memperkirakan ada 2 juta anak balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi (wasting) pada awal krisis karena pandemi. Bahkan 7 juta anak ditemukan stunting, dan 2 juta lainnya mengalami kelebihan berat badan.
Sementara itu menurut data dari rilis yang diterima Suara.com, Jumat (22/5/2020), ada 2,6 juta ibu hamil menderita anemia atau kekurangan darah. Berjalannya pandemi selama berbulan-bulan membuat situasi ini semakin bertambah sulit yang dihadapi banyak keluarga untuk bisa mengakses pangan sehat yang terjangkau.
Baca Juga: Dibilang Kurang Gizi hingga Kulit Hitam, 3 Bayi Artis Kena Body Shaming
"Kami mengajak seluruh pemerintah, donor, dan mitra untuk bertindak guna melindungi status gizi keluarga dan individu yang paling rentan di Indonesia, dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian pencegahan infeksi yang tepat," tulis rilis tersebut.
Pernyataan Bersama ini dikeluarkan oleh Pimpinan PBB di Indonesia dan dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi tentang serangkaian tindakan, dan panduan kebijakan yang diprioritaskan untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi dalam konteks pandemi COVID-19.
Tindakan-tindakan utama yang diperlukan adalah sebagai sebagai berikut:
1. Pangan sehat
Rantai suplai pangan harus terus bergerak dan memastikan ketersediaan pangan bergizi. Pendapatan dan mata pencaharian mereka yang bergantung pada pertanian harus dilindungi.
Baca Juga: Shandy Aulia Murka Bayinya Diejek Kurang Gizi
Skema perlindungan sosial dan program di tingkat masyarakat harus membantu memastikan bahwa kelompok yang paling rentan dapat mengakses makanan bergizi.
Pesan yang jelas harus dikomunikasikan tentang pentingnya asupan makanan yang sehat dan aman serta membatasi konsumsi makanan yang berkontribusi terhadap kelebihan berat badan dan obesitas.
2. Gizi ibu, bayi dan balita
Layanan kesehatan harus terus menyediakan layanan gizi penting untuk ibu hamil dan menyusui, bayi baru lahir dan anak-anak yang sakit.
Mereka juga harus memberikan dukungan yang tepat bagi ibu menyusui, termasuk ibu dengan COVID-19, dan mengkomunikasikan informasi yang akurat tentang gizi ibu, bayi, dan balita.
3. Tatalaksana gizi kurang
Layanan untuk menyelamatkan dan merawat anak-anak yang mengalami gizi kurang dan ibu yang kekurangan gizi harus dipertahankan dan disesuaikan, diantaranya dengan meminimalkan kunjungan langsung untuk perawatan dan lebih banyak memberikan persediaan pangan bergizi di rumah.
Tindakan pencegahan gizi kurang diperlukan untuk anak-anak yang rentan dan kelompok populasi lain yang berisiko, termasuk orang berusia lanjut dan orang sakit.
4. Suplementasi gizi mikro
Program untuk mencegah dan mengendalikan defisiensi mikronutrien harus dilanjutkan dengan memberikan layanan rutin untuk remaja putri, ibu hamil dan balita.
Namun, pemberian suplementasi massal yang direncanakan (misalnya pemberian vitamin A dan obat cacing) harus ditunda dan direncanakan jika keadaan telah memungkinkan.
5. Pemberian makanan bergizi anak sekolah
Ketika sekolah ditutup, edukasi tetap harus diberikan kepada guru, orang tua dan anak-anak tentang pentingnya pangan yang aman dan sehat, kebersihan, dan aktivitas fisik untuk anak usia sekolah.
Jika memungkinkan, program pemberian makanan bergizi untuk anak sekolah harus dilanjutkan dengan menggunakan alternatif lain, misalnya dengan transfer tunai, distribusi bahan pangan, atau pengiriman makanan ke rumah anak tersebut.
6. Surveilan gizi
Kami melihat pentingnya dilakukan upaya pengawasan keamanan pangan dan gizi yang disesuaikan dengan menggunakan ponsel (jarak jauh) atau survei berbasis web untuk memantau fungsionalitas pasar yang menjual bahan pangan, mekanisme pertahanan diri (coping mechanism), pola konsumsi pangan, dan kemiskinan multidimensi.
Pengambilan data tepat waktu dan pembaruan keamanan pangan dan informasi gizi sangat penting tidak hanya untuk mengidentifikasi populasi yang berisiko tetapi juga untuk memantau dan mengatasi faktor-faktor yang kemungkinan memiliki dampak negatif pada status gizi kelompok yang rentan.