Ngeri, Gelombang Kedua Covid-19 di China: Virus Lebih Sulit Dideteksi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Jum'at, 22 Mei 2020 | 13:09 WIB
Ngeri, Gelombang Kedua Covid-19 di China: Virus Lebih Sulit Dideteksi
Kegiatan belajar mengajar di China kembali dibuka, Senin (27/4/2020). [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ngeri, Gelombang Kedua Covid-19 di China: Virus Lebih Sulit Dideteksi

Beberapa provinsi di China kini tengah bersiap untuk kembali di-lockdown, setelah kelompok baru Covid-19 telah terdeteksi.

Ini mempengaruhi populasi lebih dari 100 juta orang sementara jumlah infeksi baru tumbuh setiap hari.

Dilansir dari World of Buzz, dokter di China memperhatikan bahwa virus tersebut berperilaku berbeda di antara pasien dalam gelombang kedua ini dibandingkan dengan wabah asli di Wuhan.

Baca Juga: Sindrom Inflamasi Misterius Muncul Pada Pasien Covid-19 Usia 20-an

Sekolah di China yang dibuka kembali setelah kasus Covid-19 menurun. [AFP/Greg Baker]
Sekolah di China yang dibuka kembali setelah kasus Covid-19 menurun. [AFP/Greg Baker]

Ia menunjukkan bahwa virus tersebut mungkin bermutasi dan membuatnya lebih sulit untuk dideteksi.

Pasien dari kelompok baru di provinsi timur laut Jilin dan Heilongjian tampaknya membawa virus untuk jangka waktu yang lebih lama dan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Masa inkubasi virus dikatakan rata-rata sekitar 14 hari, tetapi kasus-kasus dalam kluster baru di wilayah timur laut ini tampaknya membutuhkan waktu lebih lama untuk menunjukkan gejala.

Hal itu membuat otoritas sulit untuk mendeteksi sebelum menyebar lebih lanjut.

Qiu Haibo, salah satu dokter perawatan kritis top China yang merawat pasien di wilayah timur laut, mengatakan bahwa "periode yang lebih lama di mana pasien yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala telah menciptakan kelompok infeksi keluarga."

Baca Juga: Terpopuler: Kesalahan Umum Masak Ketupat, Bisnis Mukena Artis

Dia mengatakan bahwa dokter telah memperhatikan pasien di kluster timur laut yang tampaknya memiliki kerusakan sebagian besar di paru-paru mereka, sedangkan pasien di Wuhan menderita kerusakan multi-organ di jantung, ginjal dan usus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI