Studi: Lockdown Lebih Awal Bisa Lebih Banyak Selamatkan Nyawa dari Corona

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 21 Mei 2020 | 17:05 WIB
Studi: Lockdown Lebih Awal Bisa Lebih Banyak Selamatkan Nyawa dari Corona
Ilustrasi Lockdown. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi: Lockdown Lebih Awal Bisa Lebih Banyak Selamatkan Nyawa dari Corona

Setiap negara punya cara tersendiri dalam menghadapi dan menangani pandemi virus corona atau Covid-19.

Sebagian negara memilih untuk melakukan tes secara masif, sementara yang lain juga diiringi dengan pembatasan fisik atau lockdown.

Ilustrasi lockdown di berbagai negara (Shuttterstock)
Ilustrasi lockdown di berbagai negara (Shuttterstock)

Tapi, sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa sebagian besar kematian akibat virus corona di Amerika Serikat dapat dihindari jika lockdown dapat dilakukan dua minggu lebih awal .

Baca Juga: Angka Kasus Corona 5 Juta Lebih, yang Terbesar di Rusia, Brasil dan India

Dilansir dari New York Post, perkiraan oleh pemodel penyakit di Universitas Columbia mengatakan bahwa angka kematian akan menjadi 11.253 pada 3 Mei jika langkah-langkah tinggal di rumah telah diberlakukan pada 1 Maret.

Hingga kini tingkat kematian aktual telah mencapai 65.307. Data pertama kali dilaporkan oleh The New York Times pada Rabu malam.

Angka-angka itu menyimpulkan bahwa menerapkan lockdown dua minggu sebelumnya bisa membuat lebih sedikit korban atau  54.000 kematian pada awal Mei.

Di daerah metro New York saja, 4.300 nyawa akan selamat seandainya pembatasan diberlakukan seminggu sebelumnya, pada 8 Maret, dan diberlakukan secara nasional, menurut perkiraan.

Walikota Bill de Blasio menutup sekolah kota pada tanggal 15 Maret. Perintah tinggal di rumah Gubernur Andrew Cuomo tidak berlaku sampai 22 Maret.

Baca Juga: Dari Syahrini Sampai Gigi, Lima Artis Ini Punya Bisnis Mukena Lho!

Temuan ini didasarkan pada pemodelan penyakit menular yang melihat bagaimana berkurangnya kontak antara orang-orang yang dimulai pada pertengahan Maret memperlambat penyebaran virus. Semua model dalam studi ini hanya perkiraan. 

Sebagai informasi, menurut data World Meters hingga Kamis (21/5/2020), lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona. 

Sementara, lebih dari 300 ribu di antaranya juga meninggal karena penyakit tersebut. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI