Suara.com - Pasien virus corona Covid-19 yang sembuh bisa terinfeksi lagi untuk kedua kalinya. Tapi, infeksi virus corona Covid-19 kedua kalinya itu tidak bersifat menular.
Sebuah penelitian oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea telah meneliti sebanyak 285 orang yang sudah terinfeksi virus corona Covid-19.
Para pasien yang dites positif virus corona Covid-19 kedua kalinya telah melakukan kontak dengan 790 orang, 351 orang di antaranya adalah anggota keluarga dan 439 orang lain yang ditemui saat berbelanja atau lainnya.
Setelah melalui pengujian, hanya ada 3 dari 790 orang yang dikonfirmasi positif terinfeksi virus corona Covid-19 . Artinya, orang yang positif virus corona Covid-19 kedua kalinya dianggap tidak terlalu menular.
Baca Juga: Masker Bukan Penghalang, Simak 8 Tips Makeup Selama Pandemi Covid-19
"Ada 3 kasus positif Covid-19 yang dikonfirmasi setelah bertatap muka dengan orang yang positif Covid-19 kedua kali. Tapi, ketiga kasus ini juga memiliki riwayat bertatap muka dengan pasien Covid-19 lainnya," jelas laporan yang dikutip dari The Sun.
Adapun data dari orang yang berpartisipasi dalam penelitian ini, sebanyak 59 persen dari kasus positif Covid-19 dua kali diuji skrining tanpa gejala.
Sedangkan, 44 persen dari kasus positif Covid-19 kedua kalinya mengalami gejala batuk dan sakit tenggorokan.
Penelitian baru ini bisa membantu pemerintah dalam menentukan berapa lama aturan lockdown, penguncian atau masa isolasi mandiri diperlukan.
Sebab, orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 kedua kalinya tidak bisa menyebarkan virusnya ke orang lain di sekitar. Bahkan para peneliti mengatakan masa isolasi mandiri 14 hari juga tidak diperlukan.
Baca Juga: Masker Turunkan Risiko Penularan Covid-19 hingga 75 Persen!
Artinya, orang Korea Selatan yang tertular virus corona Covid-19 kedua kalinya tidak perlu diuji lagi sebelum kembali bekerja atau sekolah karena sifatnya yang tidak menular.
Penelitian ini sekaligus membantu pemerintah mengambil langkah yang tepat untuk membalikkan kondisi ekonomi akibat terdampak pandemi.
Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap menyarankan deteksi antibodi SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 sebagai bentuk antisipasi.