Risiko Sifat Callous Unemotional pada NF Bisa Dikurangi dengan Pola Asuh

Kamis, 21 Mei 2020 | 14:24 WIB
Risiko Sifat Callous Unemotional pada NF Bisa Dikurangi dengan Pola Asuh
Foto gadis pembunuh Sawah Besar di Instagram. (dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Psikolog senior Seto Mulyadi alias Kak Seto, mengatakan perilaku NF, gadis 15 tahun pembunuh bocah lima tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat, termasuk dalam perilaku callous unemotional, alih-alilh psikopat.

"Jadi ada saja anak yang mempunyai 'bakat' callous unemotional istilah untuk anak-anak bisa saja memiliki itu, tapi tidak akan menjadi aktual kalau tidak mendapatkan rangsangan negatif," jelasnya kepada Suara.com, Rabu (20/5/2020).

"Jadi ini semacam bertemunya antara faktor 'bakat' tadi, dengan lingkungan yang mendorong lahirnya sebuah tindakan yang sadis, tidak berperikemanusiaan dan sebagainya."

Dalam sebuah studi yang terbit dalam Jurnal Pediatri Italia BMC, perilaku CU termasuk kurangnya empati, rasa bersalah, dan emosi yang dangkal.

Baca Juga: Coba Yoga, Dapat Bantu Atasi Krisis Kesehatan Mental Saat di Rumah Aja

Kondisi ini juga dapat mengidentifikasi subkelompok anak-anak yang menunjukkan perilaku antisosial parah dan persisten.

Gambar terbaru yang dibuat NF, pembunuh bocah di Sawah Besar. [Dok. Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos]
Gambar terbaru yang dibuat NF, pembunuh bocah di Sawah Besar. [Dok. Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos]

Berdasarkan data yang terbit dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry dari Wirral Child Health and Development Study (WCHADS) menunjukkan, respon anak terhadap emosi orang lain dapat meningkat dengan adanya respon dan 'kehangatan' pola asuh sang ibu selama masa bayi.

Penelitian yang dilakukan oleh Nicola Wright dan rekannya ini merupakan yang pertama dalam mengidentifikasi hubungan antara pengalaman bayi tentang perhatian emosional empatik dan risiko lebih rendah dari sifat CU.

"Kami memperkirakan bahwa sensivitas seorang ibu terhadap isyarat kesedihan bayinya akan memiliki peran spesifik dalam menurunkan sifat-sifat CU karena mengalami empati orang tua akan meningkatkan empati pada anak," tuturnya, dilansir Association for Child and Adolescent Mental Health.

Hasilnya, peneliti menemukan sensivitas terhadap kesedihan bayi memang memprediksi risiko lebih rendah dari sifat CU pada anak, begitu pun dengan kehangatan sang ibu.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi, Instagram Luncurkan #RealTalk

"Respon anak-anak terhadap emosi orang lain dapat ditingkatkan dengan respon ibu mereka sendiri terhadap mereka dan kehangatan ibu mereka," tulis peneliti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI