Suara.com - Kurangnya postmortem pada korban meninggal virus corona disebut dapat menghambat penelitian perawatan baru dan vaksin yang mutakhir untuk Covid-19.
Melansir dari Independent, hanya sedikit pemeriksaan postmortem yang telah dilakukan sejak awal wabah. Hal itu berarti ada kekurangan sampel jaringan untuk mengetahui bagaimana virus mempengaruhi tubuh atau mempelajari epidemiologi yang lebih luas.
Postmortem sendiri merupakan data-data fisik yang diperoleh melalui Personal Identification setelah korban meninggal.
Dr. Mike Osborn, konsultan ahli histopatologi di Imperial College Healthcare NHS Trust dan ketua komite investigasi kematian Royal College, mengatakan bahwa postmortem akan benar-benar membantu merawat pasien di masa depan dan dapat menyelamatkan jiwa.
Baca Juga: Catat, Ini Cara Bayar Pajak Motor Online
"Kami bekerja dengan banyak kelompok di seluruh negeri dan seluruh dunia, melihat berbagai hal kami bekerja dengan orang-orang yang mencoba mengembangkan vaksin. Kami sedang melihat distribusi virus untuk melihat organ mana yang terpengaruh," kata Osborn.
"Semakin Anda dapat memahami virus corona (melalui postmortem), semakin besar kemungkinan Anda dapat menggunakan perawatan yang sudah tersedia dan Anda dapat mengembangkan perawatan baru," tambahnya.
Dia mengatakan, jumlah postmortem medis yang ideal seharusnya sekitar 1.000 kasus di seluruh Inggris. Tetapi, ia memperkirakan mungkin hanya ada sekitar 30 postmortem yang telah dilakukan.
"Dengan persetujuan bedah mayat, Anda dapat melihat banyak jaringan dari orang itu dan dengan izin keluarga menggunakannya untuk menyelidiki penyakit dan untuk mengembangkan perawatan atau mungkin vaksin," kata Osborn.
"Ini adalah metode yang sangat kuat yang harus kita pelajari untuk penyakit baru. Sayangnya, kapasitas untuk melakukan itu selama wabah Covid ini agak terbatas," imbuhanya.
Baca Juga: Mona Ratuliu Dikaruniai Anak ke-4, Tanggal dan Jam Lahirannya Bikin Salfok
Menurut Dr. Osborn, kurangnya postmortem memungkinkan minimnya informasi yang berguna.
"Tidak ada yang diambil atau dilakukan tanpa persetujuan keluarga. Keluarga umumnya sangat senang membantu dengan sekitar 50 persen memberikan persetujuan (untuk postmortem)," kata Osborn.
Dia menambahkan, Royal College of Pathologists mulai mendesak dokter meminta persetujuan dari keluarga untuk postmortem dalam rangka membantu meningkatkan jumlah jaringan yang tersedia untuk para ilmuwan.
Di Imperial College Healthcare Trust, staf telah mengubah perawatan berdasarkan informasi dari postmortem di Italia yang mengungkapkan bahaya pembekuan darah pada pasien Covid-19.
Royal College juga mengembangkan database informasi dari postmortem pada pasien Covid-19 yang disediakan secara gratis untuk membantu pembelajaran dan perawatan pasien.