Suara.com - Pembekuan darah menjadi salah satu komplikasi yang dialami banyak pasien virus corona atau Covid-19.
Kasus tersebut bahkan kini tercatat di beberapa negara dengan sebanyak 40 persen pasien dengan pembekuan darah dalam perawatan intensif.
Kelebihan trombosis ini telah dikonfirmasi dalam laporan otopsi di mana trombosis yang lebih luas telah ditemukan di paru-paru dan pembuluh darah organ lain.
Lantas apa penyebab sebenarnya?
Baca Juga: Kesaksian Pasien Covid-19 Berhasil Sembuh Jalani Terapi Plasma Darah
Menurut anggota Dewan Penasihat COVID-19 dari The Physiological Society, Pratima Chowdary, terdapat temuan peningkatan d-dimer (suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran normal) yang konsisten, biasanya terlihat peningkatan antara 4 hingga 10 kali lipat.
Selain itu, terdapat peningkatan setinggi 100 hingga 150 kali lipat telah terlihat pada pasien yang sakit parah.
D-dimer yang tinggi telah dikaitkan dengan mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi.
Sementara hubungan dengan tingkat keparahan penyakit paru-paru tidak jelas.
Beberapa penjelasan telah dikemukakan, dan mekanisme yang bertanggung jawab atas kelebihan trombosis atau kelainan koagulasi pada COVID-19 tidak sepenuhnya dijelaskan.
Baca Juga: Kesepian Karena Nggak Mudik, Bisa Picu Gangguan Jiwa?
Namun, lanjut Pratima Chowdary setidaknya ada tiga mekanisme yang mungkin dapat dipertimbangkan. Pertama gangguan koagulasi yang mungkin terjadi akibat badai sitokin.